2030, Industri TPT Nasional akan Berbinar Kembali

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Direktorat Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sepakat untuk meningkatkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.

Kesepakatan tersebut tertuang pada nota kesepahaman (MoU – memorandum of understanding)  antara Direktorat Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki dengan BPPT yang penandatangannya dilakukan, Kamis di ruang kerja Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Muhdori, gedung Kemenperin, Jakarta.

Peningkatan daya saing industri TPT nasional itu akan dilakukan melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi di bidang industri yang sekaligus mendukung insiatif Making Indonesia 4.0.

Guna mendukung MoU ini, kata Muhdori, kedua pihak sepakat untuk melakukan penyusunan roadmap industri tekstil dan apparel serta pendampingan implementasi light house project Industri Tekstil 4.0.

Ahli Peneliti Utama BPPT, Sudirman Habibie, usai penandatanganan MoU, kepada pers mengatakan roadmap yang akan dihasilkan MoU tersebut akan dijadikan patron untuk  “menghidupkan” kembali industri TPT nasional yang penguasaan teknologinya sempat tertinggal jauh dari negara-negara sahabat seperti Bangladesh dan Vietnam.

Harus diakui kata Sudirman, industri TPT nasional berada pada situasi stagnan sejak 30 tahun silam sementara negara pesaing melejit lalu meninggalkan Indonesia. Ini terbukti kata Sudirman bahwa nilai ekspor TPT nasional 30 tahun silam sudah mencapai angka US$ 11 miliar dimana tidak jauh beda dengan angka yang dicapai 2019.

Ini pula artinya, lanjut Sudirman, industri TPT nasional tidak punya progres. Kenapa demikian ? “Ada yang salah, Indonesia terlambat melakukan up-date teknologi,’’ katanya.

Momen Penting

Untuk itu lanjutnya, MoU yang diteken bersama Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, Muhdori ini merupakan momen penting untuk menempatkan industri TPT nasional sebagai industri primadona yang akan menemukan kembali jati dirinya yang pernah berjaya.

Sudirman yakin betul, ketertinggalan industri TPT nasional dengan negara sahabat, akan bisa dikejar bahkan dapat dilampui dengan catatan, roadmap yang dihasilkan MoU harus benar-benar diterapkan seluruh pemangku kepentingan.

“Khususnya pemerintah dan kalangan perbankan jangan setengah hati memberi bantuan kepada sektor industri TPT tapi harus all-out. Industri TPT yang sempat disebut sunset industry akan kita buktikan bahwa julukan itu tidak benar,’’ katanya.

Jika semua pihak yang berkepentingan memberi respon positif mendukung industri TPTnasional, kata Sudirman, jangankan nilai ekspor US$ 13 miliar, dua sampai tiga kali lipatnya bisa diraih Indonesia. “Saya yakin betul itu,’’ tegasnya.

Ditanya kapan itu terealisasi, dikatakan tidak lama lagi, bisa-bisa tahun 2030  keberjayaan industri TPN nasional akan berbinar kembali. ‘’Tapi itu tadi, roadmap yang disodorkan MoU ini harus benar-benar diterapkan,’’ tegasnya.

Satu lagi dia minta, para pelaku industri TPT di dalam negeri, diminta supaya memelihara kekompakan khususnya antara produsen TPT dengan industri benang.

“Kalau ini semua disepakati, roadmap diterapkan, pemerintah dan perbankan all-out membantu industri TPT dan antarpelaku industri kompak, Indonesia akan diperhitungkan oleh dunia internasional,’’ tegasnya. (sabar)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CATEGORIES
TAGS