Beda Koruptor dengan Pencuri Sendal

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

APA yang membedakan tahanan pencuri sendal butut dengan koruptor di dalam penjara dan apa pula persamaannya serta kenapa pula terjadi perbedaan dan persamaan itu. Pertanyaan singkat padat ini sebenarnya sudah lama beredar di kalangan masyarakat biasa dan jawabannya-pun sudah dimiliki masing-masing penanya.Namun kali ini kita kembali mengangkatnya ke permukaan.

Lihat saja, seorang tersangka pencuri sendal, begitu sampai ke tangan yang berwajib, sembari bertanya, sang berwajib segera melayangkan tangannya ke muka tersangka dan kemudian bonyoklah wajahnya alias babak belur.

Beda dengan kalau seorang koruptor ditangkap. Si tersangka koruptor tidak jarang diberlakukan bak seorang bintang dunia, selebriti kawakan, dikawal dan digiring dengan penuh hormat. Di dalam penjara-pun para koruptor bisa memesan apa saja yang dia inginkan.

Apakah itu alat lukis, alat tulis, alat musik serta alat komunikasi dan apa saja kemauannya, semuanya bisa disediakan. Bandingkan dengan pencuri sendal tadi. Boro- boro alat musik, tikar untuk alas tidur-pun belum tentu bisa disediakan.

Inilah keberuntungan koruptor di Indonesia. Penampilan mereka dalam penjara tetap terjaga, tetap cantik, tetap bisa merawat tubuh, riang gembira dan glamour serta masih terus melempar senyum dan tebar pesona. Mereka tidak sadar senyum yang koruptor tebar itu sangat menyakitkan dan menyayat hati si miskin.

Pokoknya antara pencuri sendal atau maling kampung dengan koruptor yang menggerogoti uang rakyat dan menyebabkan rakyat menderita, nyata benar bedanya, hitam putih bangat.

Tapi mari kita lihat persamaannya. Hukuman yang dijatuhkan kepada si maling kampung itu tidak jauh beda atau hampir sama dengan hukuman kepada sang koruptor. Padahal jika mau dikaji, tindak pidana yang mereka lakukan sebagai dasar menjatuhkan hukuman, teramat beda. Artinya, sangat tidak adillah rasanya jika vonis yang dijatuhkan kepada seorang maling kampung sama lamanya dengan hukuman kepada seorang koruptor. Namun itulah kenyataannya.

Kalau kita simak suasana saat-saat keluarga para koruptor menjenguk mereka ke ruang tahanan KPK, akan terlihat pemandangan yang bertolak belakang. Busana yang dikenakan Angelina Sondakh dengan lipstik merah menyala di bibir dan pipi serta tubuhnya dibalut blush oranye dan eye shadow biru laut, membuat mantan Putri Indonesia 2001 ini seperti mau berangkat syuting.

Demikian juga dandanan yang dia pakai saat diperiksa KPK. Busana yang dipakai tidak mencerminkan seorang dengan label tahanan. Lihat saja celana jins ala Kate Middleton berwarna merah dipadu warna kuning serta sebuah tas bertengger di tangannya, membuat Angie tampil sebagai selebriti yang sedang dikerumuni fans-nya.

Melihat seluruh penampilan dan gaya hidup para koruptor di dalam penjara, bisa disimpulkan mereka tidak akan jera melakukan tindakan biadab itu. Bahkan para koruptor tidak punya rasa malu sebab gaya hidup mereka tidak ada bedanya dengan saat mereka berada di luar penjara.

Bahkan para koruptor itu menganggap kalau mereka sedang menikmati libur panjang dan tidak akan ada rasa takut sebab hukuman yang akan dijatuhkan sangat rebndah tidak beda dengan pencuri sendal.

Untuk itu, demi untuk membuat efek jera, rasanya ketentuan untuk mewajibkan seluruh tahanan menggunakan baju seragam tahanan, sudah harus dilaksanakn dan jangan ditunda-tunda, baik selama dalam ruang tahanan apalagi saat diperiksa di pengadilan Tipikor.

Dengan dikenakannnya seragam tahanan tersebut, bisa dipastikan mereka akan merasa malu dan bisa jadi mereka akan menjadi sadar. ***

CATEGORIES
TAGS