300 Orang Ikuti Pelatihan SDM Garmen Sistem 3 in 1

Loading

BERDIALOG - Menteri Perindustrian Saleh Husin berdialog dengan peserta diklat garmen disaksikan Kepala BDI Jakarta Abdillah Benteng di Jakarta, 19 Januari 2015. (tubasmedia.com/istimewa)

BERDIALOG – Menteri Perindustrian Saleh Husin berdialog dengan peserta diklat garmen disaksikan Kepala BDI Jakarta Abdillah Benteng di Jakarta, 19 Januari 2015. (tubasmedia.com/istimewa)

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu komoditas andalan industri manufaktur dan penggerak utama pembangunan ekonomi nasional. Kontribusi industri TPT cukup signifikan dalam perolehan devisa ekspor dan penyerapan tenaga kerja, serta pemenuhan kebutuhan sandang dalam negeri.

Hal itu dikemukakan Menteri Perindustrian Saleh Husin pada peresmian pembukaan Pelatihan SDM Industri Garmen dengan sistem Three in One (3 in 1) di Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta, Senin, 19 Januari 2015. Pelatihan 19 Januari – 7 Februari 2015, diikuti 300 peserta dari berbagai kabupaten/kota, di antarnya, Semarang, Subang, Lampung Selatan, dan Palembang.

Kurikulum pelatihan meliputi pengenalan mesin jahit high speed, pengoperasian mesin garmen, membuat pola dasar, pengetahuan quality control dan K3, pelatihan menjahit, kewirausahaan, serta motivasi dan kepemimpinan.

Pada acara tersebut, juga ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kepala BDI Jakarta Abdillah Benteng dengan pimpinan perusahaan garmen, di antaranya, PT. Pan Brothers, PT. Purnama Asih Sur, dan PT. Sansan Saudaratex Jaya.  Menperin mengatakan, industri TPT terus memberikan surplus pada neraca perdagangan dan memiliki peranan yang strategis dalam proses industrialisasi, karena produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku (serat) sampai barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi), mempunyai keterkaitan baik antarindustri maupun sektor ekonomi lainnya.

Selama periode 2013, produk TPT memberikan kontribusi nilai ekspor sebesar USD 12,67 miliar atau meningkat 1,77 persen dari tahun sebelumnya. Total ekspor produk TPT tersebut setara dengan 11,21 persen dari total ekspor nonmigas. Sementara itu, nilai investasi industri TPT sampai triwulan III-2014 sebesar Rp 4,6 triliun (PMA dan PMDN).

“Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka peningkatan daya saing merupakan kata kunci yang harus diperhatikan agar industri tekstil nasional dapat terus meningkatkan eksistensi, baik di pasar domestik maupun internasional,” kata Menperin.

Di samping itu, prospek pertumbuhan Industri TPT akan semakin baik pada masa mendatang, karena permintaan pasar di dalam negeri dan konsumsi dunia terus meningkat. Terlebih lagi, pangsa pasar industri tekstil Indonesia saat ini hanya sekitar 2 persen dari pasar tekstil dunia, sehingga peluang untuk memperluas pasar industri tekstil di pasar dunia masih sangat besar.

Peluang pasar ekspor tersebut terbuka bagi Industri TPT yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, desain yang up to date, dan kemampuan pasok (lead time) yang cepat. Nilai rata-rata ekspor TPT Indonesia juga terus meningkat, sekalipun dari segi volume ekspor menurun. Hal ini menunjukkan, kualitas produk TPT Indonesia terus meningkat. Itu menunjukkan Indonesia bukan lagi sebagai produsen produk TPT low end product, tetapi lebih ke high end product. (ril/ender)

CATEGORIES
TAGS