Berdemokrasi Ibarat Menjadi Arena Lomba “Burung Berkicau”

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KETIKA Indonesia telah menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan India, maka sebagai rakyat biasa saya menaruh harapan besar seraya berdoa: “Ya Tuhan, aku telah menyambut pagi dengan penuh kenikmatan, kesehatan, dan penjagaan-Mu. Maka, sempurnakanlah nikmat-Mu, kesehatan serta penjagaan-Mu untukku di dunia dan di akhirat kelak.

Tapi, tampaknya proses demokrasi yang sudah terjadi di negeri ini belum menghasilkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya di seluruh pelosok tanah air yang menghuni sekitar 6.000 pulau. Indonesia masih tertatih-tatih untuk menjadikan sebuah bangsa dan negara yang memilki energi besar membangun masa depannya. Ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatannya cukup kompleks (faktor ATHG-nya). Diakui atau tidak, faktor ATHG tersebut ada dan sebagai rakyat ikut merasakannya.

Demokrasi yang sudah berhasil dibangun secara administratif prosedural memang sudah terjadi. Tetapi, secara substansial belum mampu menjadi enabling factor dan menjadi engine of change untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Bangsa dan negara ini sepertinya hanya menjadi “bahan mainan” oleh sebagian elite politik di negeri ini yang obsesinya hanya sekadar ingin berkuasa dan menikmati kekuasaannya. Segala cara, dari yang positif dan negatif. bercampur aduk ditempuh untuk meraih kekuasaan dan menikmati kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Demokrasi baru hanya sebatas jargon politik, belum mewujud secara berarti untuk mengubah postur Indonesia sebagai negara bangsa yang kuat dan berdaya saing. Berdemokrasi baru dimanfaatkan oleh elite politik untuk berlomba pidato, bercemooh dan berolok-olok di ruang publik yang tidak mencerahkan sama sekali. Padahal, mereka adalah pemimpin yang harusnya berdasarkan kapasitas intelektual yang dimilikinya kita harapkan dapat menjadi suri teladan bagi yang dipimpin dan menjadi para tokoh perubahan.

Nada Sumbang

Berdemokrasi ibaratnya hanya menjadi arena lomba burung berkeciau. Berkicau di ruang terbuka, di gedung parlemen, di acara talk show. Kicauannya nyaris tidak ada yang terdengar enak di telinga, karena nadanya sumbang. Karena itu, wajar jika rakyat menjadi kecewa, karena kinerja elite politik penguasa dinilai tidak memadai.

Kinerjanya buruk, baik yang berada pada jajaran legislatif maupun eksekutif. Tema-tema diskusi yang seringkali dibahas nyaris tidak ada yang menarik, karena isinya lebih banyak membicarakan tentang tema-tema kekuasaan dan bagaimana agar berkuasa di negeri dengan jumlah penduduk 240 juta lebih.

Kampanye politiknya hanya obral janji dan tidak berkualitas sama sekali. Berdemokrasi belum berhasil membangun rasa saling percaya antara para pemimpin dan yang dipimpin. Yang terjadi malah sebaliknya, yaitu terjadinya ketidakpercayaan kepada pemimpin. Ini sangat merugikan dilihat dari keseluruhan sistem nasional dalam mewujudkan sebuah negara bangsa yang menjunjung tinggi nilai keadaban dan peradaban, kesejahteraan dan kemakmuran serta keadilan sosial. Harapannya tentu, ke depan harus banyak perubahan dalam mengelola bangsa dan negara agar menjadi lebih baik.

Infrastruktur politik dan hukumnya harus kuat dan kredibel. Begitu pula infrastruktur ekonominya harus berkualitas. Infrastruktur sumber daya manusia dan teknologinya harus makin berkualitas. Pun infrastruktur sosial budayanya harus kuat agar tidak terkena erosi budaya luar. Yang tak kalah penting adalah penyediaan infrastruktur untuk pemberdayaan usaha mikro dan kecil menengah, karena pada kenyataannya jumlah mereka jauh lebih besar dari usaha besar. APBN/APBD tidak dipakai bancakan atas nama apa pun. Sesuai konstitusi, APBN/APBD hanya bisa dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Semua bentuk perkeliruan yang terjadi selama ini harus bisa diperbaiki. Negara ini hanya patut dipimpin oleh sosok pemimpin yang kuat dan mampu mengambil keputusan cepat dan tepat untuk mengatasi berbagai masalah bangsa dan negara yang sangat kompleks dilihat dari aspek ATHG-nya, baik yang datang dari dalam maupun yang dari luar. Semoga demokrasi yang sudah berjalan ini tidak bergerak ke arah yang salah dan tidak hanya dipakai ibarat arena lomba burung berkicau. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS