Bila Anak Jadi Pak Guru …

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PENDIDIKAN terutama merupakan tanggung jawab orangtua, itulah tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan. Lembaga pendidikan, atau pembinaan lainnya seperti sekolah atau lembaga keagamaan hanyalah partner orangtua dalam proses pertumbuhan dan pendidikan anak.

Buku ini berjudul Selamat Pagi Pak Guru! Dan tebalnya hanya 104 halaman tapi sangat padat isinya. Ditulis oleh Marina Novianti dan diterbitkan oleh PT Pustaka Sinar Harapan tahun 2012.

Buku ini merupakan hasil renungan sebagai pengajar SD bertaraf internasional dan sebagai hasil kepekaan akan pentingnya keluarga serta peranan setiap anggotanya sebagai tempat pemb elajaran yang pertama dan berkesinambungan. Sesama anggota keluarga saling mengisi, saling menajamkan, saling melengkapi dan saling bertumbuh.

Dalam mengemban tanggung jawab yang besar itu, orangtua perlu terus belajar dan melengkapi diri. Proses pembelajaran ini pun banyak dan terus menerus diperoleh dari berbagai sumber seperti disajikan dalam bab demi bab buku ini.

Buku ini memasukkan pandangan beberapa pakar, tapi disajikan dalam bahasa yang sederhana. Cara-cara praktis dalam membimbing anak, dan sharing dari keluarga penulis, akan sangat membantu pembaca karena memberikan insight kepada orangtua agar lebih memperhatikan, menghargai dan menyayangi.

Diceritakan dalam buku ini, James anak paling kecil dari tiga bersaudara, di pagi hari memulai harinya dengan peran menjadi guru. Selamat Pagi Pak Guru! Lalu James menjawab “Selamat Pagi Murid-murid. Duduk”. James menjadi guru cilik di rumah itu. Tidak mudah menempatkan diri sebagai murid Pak James, apalagi papanya adalah dosen IPB, dan ibunya adalah guru juga, sementara saudaranya lebih tua 7 tahun dan 9 tahun. Tapi semua menerima si bontot jadi guru.

Sepertinya sudah ada kesepakatan tidak tertulis di antara semua anggotaa keluarga ini, yang dengan rela menempatkan James sebagai pak guru. Munkin ini merupakan proses alamiah dan seluruh anggota keluarga ini mendukung bahwa salah satu anggotanya menunjukkan bakat alamiah yang diberikan Tuhan kepadanya.

Ini bukan memanjakannya, tapi malah mengajarkan pak guru cilik ini untuk disiplin melaksanakan kewajibannya sebagai anak berusia 4 tahun untuk mandi tepat waktu (2 kali sehari), makan dan minum obat kalau sakit. Demikian juga kalau ia melakukan kesalahan, misalnya bila marah dan berlaku kasar kepada kakak dan abangnya, maka pak guru pun wajib menanggung akibatnya, meminta maaf, jadi sama seperti semua anggota rumah lainnya.

Dan ternyata James yang berusia 4 tahu itu bertumbuh menjadi pak guru yang baik, mengagumkan, dan mengharukan. Dalam usia itu James sudah membaca bahas Inggris dan Indonesia, menulis kalimat yang cukup kompleks untuk menegur mamanya, I anak Begitu cerita pak guru berlanjut dalam buku ini.

Di pagi hari ketika ia mendengar anjingmelolong, di takut juga dan dalam tatapannya kepada ibunya ia takut serta mendekat ke ibunya. Pada sisi lain, dia juga harus bernmain sambil belajar karena iitulah hakikat dunia anak.

Pada bagian lain, anak harus dibantu ke masa depan dia, bagaimana si anak harus ditolong agar bisa berteman. Apa yang harus diajarkan? Pertama, mengajar anak sopan santun, etiket atau budi pekerti dari kecil. Kata-kata “tolong”, terima kasih, terima kasih kembali, permisi, “maaf” menjadikan anak sebagai anggota yang diterima dalam masyarakat karena mampu menghargai dan menghormati orang lain.

Cara mengajarkan yang paling baik adalah dengan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, menerapkan pendidikan moral di rumah, dengan aturan yang konsisten dan dipatuhi seluruh anggota rumah. Siapa yang salah harus mengakui kesalahan dan minta maaf atas kesalahan, termasuk papa dan mama.

Ketiga, membina komunikasi intens antaranggota rumah. Sempatkanlah bercerita atau mendengar cerita anak-anak kita tentang kejadian di sekolah atau di tempat lain. Tumbuhkan kepekaan kita (orangtua) agar dapat menangkap pertanda stres, potensi masalah, atau emosi negative dari cerita mereka.

Keempat, jangan khawatir apabila anak kita bersifat lebih diam dan tampak tidak memiliki banyak teman. Yang penting adalah kualitas, bukan kuantitas. Setiap anggota rumah mempunyai kelompok teman masing-masing. (apul)

CATEGORIES
TAGS