Buku Divine Kretek, Rokok Sehat Diluncurkan

Loading

Laporan: Redaksi

Divine Kretek, Rokok Sehat

DISERBU - Sejumlah perokok menyerbu divine scavenger

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Selama ini kurang sekali kepedulian kita akan produk dalam negeri. Apa yang kita makan, apa yang kita minum, apa yang kita pakai sampai apa yang kita isap (kalau ada), semakin lama semakin berasal dari luar negeri.

Bahkan garam dapur pun kini tidak lagi berasal dari Pulau Madura, melainkan dari luar negeri, antara lain dari Australia dan India. Semakin maju teknologi yang kita pakai, semakin jauh kita dari produk alam sekitar yang selama ini menopang kehidupan nenek moyang dan orang tua kita.

Demikian mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris pada peluncuran buku “Divine Kretek, Rokok Sehat” di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, ketika bangsa–bangsa berkulit putih datang ke bagian demi bagian Indonesia pada abad-abad lampau, apa yang tercium oleh mereka? Mereka mencium kekayaan bangsa Indonesia, khususnya rempah-rempah. Sekali pun secara resmi kedatangan bangasa Eropa itu dicatat pada akhir abad ke-15, namun jauh sebelum itu sebut saja Ternate, daerah yang sampai sekarang masih menyimpan harum cengkeh dan buah pala.

Tembakau juga menjadi salah satu produk Indonesia. Aroma yang berasal dari tembakau Indonesia ini berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Di daerah Deli Serdang Sumatera Utara misalnya, terkenal istilah angin bahorok yang terkait dengan kerusakan tanaman tembakau. Apabila angin bahorok berhembus lalu orang-orang ingat tanaman tembakau yang dilintasinya.

Sebagai produk primer, tembakau kemudian dikembangkan menjadi bagian produk yang lain, antara lain rokok kretek. Bisa dikatakan kretek adalah warisan budaya Indonesia yang sama nilainya dengan keris atau batik. Seluruh bahan pembuatan kretek menggunakan bahan-bahan asli Indonesia, sama sekali tidak ada yang didatangkan dari luar negeri. Para petani dan pekebun serta pengusaha kecil adalah bagian dari kebudayaan kretek di Indonesia.

Karena itu, menjadi aneh kalau menghisap kretek dituding bagian dari bunuh diri massal rakyat Indonesia. Kampanye besar-besaran untuk menunjukkan betapa bahayanya kretek justru datang dari pihak luar negeri yang selama berabad-abad menghisap kekayaan alam Indonesia. Padahal dibanding asap kendaraan bermotor yang jelas-jelas bukan produk Indonesia, kandungan zat-zat anti kesehatan di dalam rokok justru tidak ada apa-apanya.

Untuk menghindari kesan buruk itu, kata Fahmi, dirinya mencoba mendorong para ahli kesehatan di Indonesia untuk menyelidiki kebenaran dari industri dan produk kretek di Indonesia. Sejak menjadi saudagar muda di Indonesia, Fahmi selalu mencoba menjadikan sumber daya alam, manusia dan kebudayaan Indonesia sebagai soko guru perekonomian.

“Perekonomian yang tidak hanya menegaskan kita sebagai bagian dari mata rantai ekonomi dunia melainkan memiliki identitas keindonesiaan yang jelas,” katanya.

Tidak mustahil lagi katanya, sekarang rokok kretek dapat ditransformasikan menjadi rokok sehat dan tidak lagi membahayakan kesehatan. Rokok kretek yang selama ini seperti rokok-rokok lain, mendapat stigma negatif sebagai penyebab penyakit dan kematian, ternyata tidak lagi berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.

Melalui riset ilmiah berbasis nanosains, nanoteknologi dan nanobiologi para ilmuwan anak bangsa berhasil memformulasikan suatu materi yang disebut scavenger, suatu formula yang dapat memperkecil partikel asap menjadi partikel berskala nano yang mampu menangkap, mengendalikan dan meluruhkan radikal bebas. (sabar)

CATEGORIES
TAGS