Darurat BBM Bersubsidi dan Produktivitas Nasional

Loading

Oleh: Efendy Tambunan
(Penulis: Dosen Teknik Sipil UKI dan Pendiri Toba Borneo Institute)

ilustrasi

SUBSIDI BBM semakin meroket dan sangat membebani APBN 2014. Disisi lain, ruang fiskal pemerintah sangat sempit. Akhirnya, pemerintah terpaksa membatasi subsidi BBM dan mengakibatkan antrian panjang di SPBU. Tanpa pembatasan subsidi BBM, APBN 2014 akan habis tergrogoti. Subsidi BBM tahun ini diperkirakan mencapai 400 triliun rupiah.

Sempitnya ruang fiskal mendorong pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Menurut produser biofuel, bila harga BBM bersubsidi dinaikkan sekitar 11.000 rupiah per liter, maka harga biofuel akan semakin kompetitif dan dapat diproduksi dalam skala besar. Sumber biofuel di wilayah Indonesia sangat melimpah dan produksi bioethanol dan biodiesel dalam skala besar akan mengurangi impor BBM dan menciptakan banyak lapangan kerja.

Berdasarkan survey penulis, harga BBM bersubsi (solar dan bensin) saat ini di wilayah pedalaman Kalimantan Timur 12 ribu rupiah per liter dan di Pulau Mentawai 20 ribu per liter dengan pasokan BBM yang tersendat-sendat. Masyarakat pedalaman dan pulau-pulau terluar tidak mempermasalahkan mahalnya harga BBM asal pasokannya lancar. Sekalipun harga BBM relatif mahal tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Berbeda dengan masyarakat di perkotaan, mereka cenderung manja dengan gaya hidup boros bahan bakar.

Gas merupakan sumber energi yang cadangannya melimpah dan harganya dapat bersaing dengan BBM. Kendalanya, pembangunan infrastruktur gas relatif mahal. Terbatasnya infrastruktur gas seperti koverter kit pada kendaraan dan sedikitnya jumlah SPBU gas menjadi kendala utama untuk menyalurkan gas dalam skala besar. Untuk beralih ke pemakaian gas, pemerintah harus mensubsidi converter kit dan menambah jumlah SPBU gas yang menyebar merata.

Menaikkan harga BBM bersubsidi akan menurunkan daya beli masyarakat menengah bawah. Konsumsi BBM bersubsidi di perkotaan sangat besar dan terus meningkat. Penggunaan kendaraan pribadi sangat tinggi dan sulit dikurangi karena terbatasnya akses kendaraan umum yang aman, nyaman dan tepat waktu. Untuk pemilik roda empat, naiknya BBM bersubsidi akan mengalihkan mereka mengendarai kendaraan roda dua.

Dengan kondisi infrastruktur transportasi sekarang ini, menaikkan harga BBM bersubsidi mendekati harga BBM industri tidak menjamin impor BBM akan berkurang secara drastis. Dampak kenaikan BBM bersubsidi terhadap penurunan konsumsi BBM hanya bersifat sementara dan dalam tiga bulan berikutnya diperkirakan konsumsi BBM akan kembali normal.

Daya saing bangsa

Laju peningkatan konsumsi dan impor BBM sulit dikurangi sementara kebutuhan mata uang asing untuk impor BBM sangat besar. Hal ini akan menekan nilai rupiah dan mengganggu neraca keuangan negara. Yang perlu diupayakan adalah meningkatkan kesejateraan masyarakat dan menambah devisa negara melalui peningkatan jumlah wisatawan mancanegara, menarik investor asing berinvestasi di dalam negeri, mengekspor barang bernilai tambah tinggi dengan harga yang kompetitif.

Hingga saat ini, devisa negara terbesar bersumber dari ekspor migas dan non migas. Meningkatkan ekspor non migas perlu didukung oleh infrastruktur transportasi yang memadai dan kualitas SDM yang mumpuni. Masalah terbesar saat ini adalah produk buatan Indonesia kalah bersaing dengan produk negara lain. Kurang kompetitifnya barang Indonesia di luar negeri bersumber dari rendahnya jumlah dan kualitas SDM, dan sebahagian besar industri tekstil, industi manufaktur dan industri lainnya masih menggunakan teknologi lama yang tidak efisien.

Peningkatan biaya transportasi karena naiknya harga BBM bersubsidi mendekati harga BBM industri harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas nasional. Biaya transportasi yang meningkat dengan produksi barang bernilai tambah tinggi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan harga barang di tingkat konsumen.

Produktivitas nasional dapat ditingkatkan melalui peningkatan kompetensi pekerja melalui pelatihan SDM yang kontinyu, mengubah kurikulum SD hingga SMA/SMK yang mendidik siswa berpikir kritis, inovatif dan kreatif, mendirikan lebih banyak akademi komunitas program diploma satu dan dua di Kabupaten, meningkatkan anggaran biaya untuk riset dasar dan riset terapan yang berkolaborasi dengan kalangan industri, meningkatkan iklim usaha yang kondusif dan memberikan dukungan dan kesempatan seluas luasnya kepada generasi muda untuk melakukan inovasi dan kreativitas di berbagai sektor usaha dan industri. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS