Desa Ngadas Jadi Lokasi Town Watching

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

MALANG, (Tubas) – Desa Ngadas merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Poncokusumo yang letaknya terpencil, jauh dari pusat ibu kota Kecamatan Poncokusumo. Desa Ngadas sendiri berada di sekitar Gunung Semeru dan Gunung Bromo yang masih dalam kondisi aktif, hingga saat ini. Malahan sempat meletus beberapa kali pada tahun 2011. Dampak asap tebal bercampur abu akibat lebusan Gunung Bromo, sempat merusak lahan pertanian kentang milik penduduk.

Hal inilah yang kemudian menjadikan desa ini menjadi lokasi sasaran pelatihan program Town Watching dari Jepang yang dipandu oleh ahli Town Watching, Prof. Dr. Ogawa Yujiro dan Prof. Dr. Bambang Rudyanto, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wako, Tokyo, Jepang.

Usai menemui Bupati pada hari sebelumnya, Jum’at (22/7) tim program melihat desa (Town Watching) kemudian langsung menuju Desa Ngadas untuk mensosialisasikan program ini kepada masyarakat setempat.

Dalam penjelasannya Prof. Dr. Ogawa yang langsung diterjemahkan oleh Dr Bambang disampaikan bahwa tujuan dari program melihat desa adalah melatih masyarakat untuk mengetahui kondisi wilayahnya, baik tentang bencana apa yang mungkin terjadi, dan bagaimana upaya penyelamatan yang bisa dilakukan pada saat detik-detik terjadi bencana. Dengan begitu diharapkan akan bisa meminimalisir korban.

Dalam sosialisasi tersebut, kelompok masyarkat yang tergabung dalam PMI desa ditambah tim dari Pemkab Malang langsung dibagi dalam lima kelompok yang masing-masing anggotanya 7 orang. Mereka dengan berbekal perlengkapan yang telah disediakan langsung melakukan observasi lapangan, daerah mana saja yang dianggap rawan terjadi bencana dan lokasi mana saja yang layak untuk dijadikan tempat perlindungan.

Seperti disampaikan oleh Pergianto, selain gunung meletus bencana alam yang sering terjadi di Desa Ngadas adalah tanah longsor. Biasanya terjadi antara bulan November saat musim penghujan. “Pada saat musim penghujan itulah ada saat terjadi hujan berminggu-minggu tanpa reda dan hujan angin yang kemudian menyebabkan tanah menjadi berlumpur dan mudah longsor karena kontur tanahnya yang sangat miring. Selain itu bencana kebakaran hutan sering terjadi pada musim kemarau pada bulan 8-9-10,” jelasnya.

Antisipasi penanggulangan bencana, baik oleh Pemerintah Kabupaten Malang, maupun oleh masyarakat setempat memang terus dilaksanakan mengingat kemungkinan terjadinya bencana tidak bisa diprediksi. Maka dari itu masyarakat cukup antusias dengan program town watching ini. (yusron)

CATEGORIES
TAGS