Gaduh

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

NEGERI kita tercinta ini saat ini tampaknya sangat tepat jika disematkan predikat gaduh, walau yang gaduh itu sebenarnya terjadi di tubuh Partai Demokrat. Gonjang-ganjing tak karuan itu bergejolak di dalam keluarga besar Demokrat, namun antara Partai Demokrat dengan Republik Indonesia sulit dan tidak bisa dipisahkan.

Pasalnya, Partai Demokrat adalah partainya Presiden SBY, partainya Ketua DPR RI dan sejumlah pemangku kepentingan lain. Bahkan, kendati bukan anggota Partai Demokrat, ada juga pejabat yang uring-uringan dan turut angkat bicara soal yang terjadi di tubuh Partai Demokrat.

Apa pasal? Sebut saja Menko Ekuin Hatta Rajasa. Menko satu ini mendadak berang manakala nama Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) disebut-sebut terlibat dalam kasus megaproyek Hambalang. Maklum mertua membela menantunya walau sebenarnya sering pembelaan terhadap diri sendiri membabibuta.

Hatta Rajasa secara emosi sudah melontarkan respon atas apa yang diutarakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum soal keterlibatan menantunya Ibas. Kata Hatta, kata-kata Anas itu adalah fitnah. Hatta Rajasa malah meminta Anas jangan menebarkan isu-isu yang tidak bertanggungjawab yang akan memporak-porandakan negeri ini. Hatta Rajasa menilai pernyataan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang menyebut Edhie Baskoro Yudhoyono ikut menerima kucuran dana dari megaproyek Hambalang sebagai fitnah. Hatta meminta Anas tidak membuat kegaduhan dengan pernyataan tersebut.

Coba kita bayangkan sekarang kegaduhan di negeri ini. Presiden SBY selaku ayah dari Ibas yang adalah Sekjend Partai Demokrat dan suami dari Ibu Anni Yudhoyono dituduh terlibat dalam kasus korupsi megaproyek Hambalang.

Sudah barang tentu sebagai ayah dan suami, SBY pasti memberi perhatian serius atas tuduhan itu. Demikian juga Menko Ekuin Hatta Rajasa sebagai mertua dari Ibas dan besan dari Ani Yudhoyo, pasti dan so pasti memberi perhatian yang bernada membela. Belum lagi para petinggi Partai Demokrat yang terus memberi pembelaan kepada keluarga presiden seperti dulu membela Anas saat nama Anas sering disebut-sebut Nazaruddin.

Alhasil, perhatian keluarga presiden dan para petinggi Demokrat serta keluarga dekat presiden kepada masalah hokum yang dinyanyikan Anas, jelas akan mengganggu perhatian mengelola negeri ini. Maka itu saat ini negeri kita yang sangat kita cintai ini menjadi gaduh. Gaduh karena ulah sekelompok orang yang tidak peduli kepada kepentimngan masyarakat yang lebih luas. Egois.

Kalau demikian adanya, apakah tidak lebih baik dilakoni seperti apa yang disuarakan SBY kepada para kader Demokrat yang terlibat masalah hukum agar lebih fokus menghadapi masalah hukum itu sendiri. Tampaknya yang perlu fokus tidak hanya tersangkanya, tapi juga keluarga yang menduduki jabatan penting di negeri ini. Biarlah mereka fokus atau cuti sehingga negeri ini dijalankan orang-orang yang tidak punya masalah hukum.

Misalnya saja, Hatta Rajasa jika pikirannya terpecah membela menantunya yang adalah putra presiden, apakah tidak akan mengganggu konsentrasi mengelola negeri ini. Belum lagi kasus putranya Rasyid yang menabrak orang hingga merenggut dua nyawa manusia. Jika Hatta Rajasa ikut-ikutan memikirkan kaksus hokum kepada anak dan menantunya, kapan mikirin negeri ini. Belum lagi mempersiapkan diri merebut kursi RI-1 2014. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS