Gani Tester Kopi Kelas Dunia Tinggal di Nagasaribu

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

DOLOKSANGGUL, (TubasMedida.Com) – Mau minum kopi atau minum gula….? Pertanyaan ini dilontarkan Gani Silaban kepada tubasmedia.com saat berkunjung ke kediamannya di Desa Sitonggi-tonggi, Nagasaribu, Humbahas, Sumatera Utara.

Gani, putra Humbang kelahiran Muara 37 tahun silam ini adalah salah seorang ahli kopi kelas dunia. TubasMedia.Com sengaja menemuinya di salah satu desa terpencil bilangan Sumatera Utara. ‘’Kalau mau minum kopi sebaiknya tanpa gula, biar kita rasakan nikmatnya kopi asli,’’ sambungnya sambil menyidangkan tiga gelas kopi pahit. Dua untuk tamunya dan satu gelas untuk dirinya sendiri.

‘’Ini asli dan tidak ada campuran apa-apa. Campurannya paling ini,’’ sambungnya sembari menyidangkan biskuit kering dilapisi gula putih. ‘’Biskuit ini berperan sebagai pemanis kopi itu,’’ jelasnya pula.

Mengawali obrolan, Gani memperkenalkan dirinya memang seorang ahli bidang perkopian mulai dari pembibitan sampai pengemasan. ‘’Setelah menimba ilmu dan pengetahun di negeri orang, saya kembali ke desa untuk membangun desa ini sekaligus memberdayakan petani kopi mandiri,’’ katanya.

Sebenarnya kembalinya Gani ke kampung halaman setelah melanglang buana di beberapa negara tetangga, didorong oleh keinginannya membenahi perekonomian warga desa. Kebetulan ilmu yang dia dapat menyangkut kopi yang adalah merupakan komoditi yang dihasilkan dari desanya.

‘’Saya pikir kebetulan. Desa saya penghasil kopi sementara keahlian saya bidang kopi apa salahnya desa saya bangun,’’ sambungnya.

Kata Gani, selama ini keuntungan dari bisnis kopi sepenuhnya dinikmati para pedagang sementara petani kopi tetap menderita sehingga dengan temuan itu, Gani berniat memotong jalur distribusi. Kenapa petani tidak pernah kebagian harga kopi yang baik, karena banyaknya mafia kopi. Sistem perdagangan kopi yang selama ini membuat petani selalu kalah dan petani tidak pernah tahu kondisi harga kopi di luar dan yang tahu harga hanya saudagar.

‘’Bayangkan, petani empat tahun merawat kopi di ladang baru bisa dapat uang, sementara tauke kopi hanya satu menit, mnemutar otaknya, sudah dapat untung. Inilah yang membuat saya ingin agar nilai tambah dari bisnis kopi tinggal di desa ini yang akhirnya bisa mensejahterakan warga,’’ katanya.

Untuk itu, bersama warga setempat, Gani membentuk koperasi yang diberi nama Koperasi Usaha Petani Organik Mandiri (KSUPOM) Humbahas dan Gani Silaban dipercaya menjadi ketua dan melalui koperasi itulah Gani bercita-cita menjadikan Desa Sitonggi-tonggi menjadi sentra kopi kelas dunia. ‘’Bisa dan pasti bisa. Kenapa tidak. Wong kita sudah kuasai ilmu perkopian dari memilih bibit, menanam, merawat sampai panen hingga pengemasan,’’jelasnya.

Guna menunjang program koperasi, Kementerian Perindustrian melalui Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian (IPAMP), Tedy Sianturi telah menyumbangkan satu unit mesin pengolah kopi. ‘’Kami akan tempatkan mesin itu pada gedung yang pembangunannya sedang dirampungkan,’’ kata Gani.

Gani bersama seluruh anggota koperasi memelihara binatang luwak untuk memproduksi kopi luwak. Dalam satu hari, satu ekor luwak bisa memproduksi sekitar 400 gram kopi biji dengan biaya pemeliharaan Rp 25 ribu per hari,’’ katanya.

Agar kopi yang dihasilkan luwak merupakan kopi kualitas prima, luwak dirawat dengan prima pula yakni pagi minum susu dan makan telor dan siang makan buah pilihan dan malamnya baru diberi kopi biji.

Di bagian lain obrolan TubasMedia.Com dengan Gani terungkap bahwa petani kopi di Humbang Hasundutan (Humbahas) masih sangat minim dalam modal untuk pengembangan pasar kopi hingga ekspor. Sementara jika dilihat dari segi kualitas dan kuantitas kopi, Humbahas mampu bersaing dengan beberapa daerah lain.

Ketua Koperasi Gani mengatakan, sejauh ini pengelolaan kopi di Humbahas sudah mulai digiring pada sistim modernisasi. sehingga faktor pengelolaan tanaman hingga produksi sudah memenuhi standar internasional.

“Kendalanya saat ini tinggal modal saja.Sebab, kalau fasilitas pendukung seperti peralatan proses untuk produksi sudah dibantu melalui hibah dari Kementerian Perindustrian,” kata Gani kepada TubasMedia.Com.

Sejauh ini Kopi Humbahas memang sudah banyak diekspor. Namun harus diakui ekspor tersebut masih didominasi pengerjaan oleh pihak eksportir sehingga keuntungan yang diperoleh petani tergolong minim bahkan terkadang tidak sesuai dengan biaya operasional. (sabar)

CATEGORIES
TAGS