Garmen Produk Global Kuasasi Pasar Domestik

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Pangsa pasar produk garmen nasional di pasar domestik terpangkas menjadi 40 persen dari sebelumnya 60-70 persen. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita mengatakan, hal itu disebabkan oleh semakin banyaknya produk-produk garmen merek global yang menguasai pasar domestik.

Walaupun, kata dia, penjualan pengusaha lokal bertambah, tapi karena pemain yang memperebutkan pasar yang semakin besar juga bertambah, terutama dari luar negeri, maka porsi merek lokal menjadi kecil.

“Anggota APGAI terdiri atas sekitar 500 merek. Bukan karena pasar kita yang tergerus, tapi kue atau pasarnya yang semakin besar. Sementara, porsi pemain lokal segitu-segitu saja. Tidak bertambah. Kita lebih dominasi menjadi tukang jahit saja,” kata Suryadi di Jakarta, Rabu silam.

Menurutnya, porsi ekspor produk garmen nasional juga masih belum menjanjikan. Saat ini, kata dia, ekspor oleh anggota APGAI masih kurang dari lima persen. “Itu di luar ekspor oleh prinsipal yang dijahit di Indonesia,” ucapnya.

Sehingga, lanjut dia, guna memacu ekspor produk garmen nasional, termasuk aksesoris, APGAI bekerja sama dengan Worth Global Style Network (WGSN) untuk memberikan pendampingan pengembangan kapasitas produsen garmen dan aksesori nasional. Kerja sama itu, kata dia, meliputi implementasi sistem WGSN, terkait display hingga tren fashion terbaru di pasar global.

“Program ini inisiatif APGAI agar jangan sampai anggota-anggota dan non anggota dalam lima tahun mendatang hilang dari pasar karena serbuan merek luar negeri. Kami berharap, pemerintah juga bisa mengadakan program serupa untuk sektor-sektor usaha garmen skala mikro dan kecil. Karena mereka lebih sulit menembus pasar ke luar,” paparnya.

Suryadi optimistis, program tersebut mampu mempersiapkan industri garmen nasional menghadapi sejumlah kerjasama bilateral dan regional yang diikuti Indonesia. Meski mengacu pada tren fashion global, lanjut dia, tetap disesuaikan dengan kultur Indonesia. (tim)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS