Hong Kong Lifestyle Expo 2014 Bertentangan dengan P3DN

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

PAMERAN semacam ini sudah pasti berlawanan dengan kebijakan pemerintah tentang peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Tapi siapa yang peduli? Pasti tidak ada. Apakah itu pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat pada umumnya.

Hongkong lifestyle expo yang berlangsung di JCC 20-22 Maret 2014 adalah pameran tentang berbagai produk tren terbaru dari para produsen Hong Kong untuk merebut pasar Indonesia. Pameran semacam itu adalah bersifat komersial dan jamak akan dilakukan oleh siapa saja pelaku bisnis di manapun.

Konsumen Indonesia memang selalu menjadi sasaran empuk bagi pemasaran produk lifestyle. Golongan kelas menengahnya memang gila belanja karena tingkat pendapatannya memungkinkan dipakai untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Apa mau dilarang hal yang seperti itu? Tentu tidak bisa serta merta dilakukan begitu saja.

Pertama, kondisi ini menggambarkan bahwa konsekwensi dianutnya sistem ekonomi yang bersifat terbuka, maka aktifitas expo semacam itu bisa dilakukan oleh siapa saja di negara manapun. Indonesia bisa pula menyelenggarakan kegiatan yang sama di manca negara, misal Indonesia lifestyle expo 2014 di Malaysia, Thailand atau di negara Asean lainnya dan bisa di negara tujuan ekspor yang lain.

Kedua, Indonesia punya progam P3DN, tapi harus jujur diakui bahwa program itu tidak dikembangkan berdasarkan konsep bisnis yang brilian. Karena konsep bisnisnya tidak jelas, maka P3DN tidak banyak memberikan manfaat apa-apa bagi para produsen dan konsumen, termasuk konsumen mancanegara.

Pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga yang berkontribusi terhadap PDB sekitar 50% lebih, selama 10 tahun terakhir ternyata tidak serta merta berdampak positif bagi pertumbuhan industri di dalam negeri. Sepanjang tahun 2009-2013 sektor industri non migas hanya tumbuh rata-rata 5,4%/tahun.

Sub sektor makanan, minuman dan tembakau pertumbuhannya kian menurun, yang pada tahun 2009 tumbuh 11,22%, pada tahun 2013 hanya mampu tumbuh 3,45%. Barang lainnya pada tahun 2013 malah tumbuh negatif -4,00%, yang pada tahun 2009 masih mampu tumbuh 3,19%. Jika pemerintah serius untuk menjalankan kebijakan P3DN, maka konsep dan strateginya harus ditata ulang.

Pendekatannya harus bersifat bisnis yang didukung oleh kebijakan promosi yang professional dan targetnya harus menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. P3DN ke depan seyogyanya sudah harus menjangkau Masyarakat Ekonomi Asean yang pada akhir tahun 2015 akan mulai berjalan.

Di Masyarakat Ekonomi Asean harus kita gunakan sebagai ajang promosi P3DN dalam makna yang sebenarnya, yaitu agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat mengisi ceruk pasar yang luas di dalam negeri maupun di negara Asean dengan memoles strateginya melalui kombinasi antara nilai kebanggaaan dan nilai produktifitas. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS