Indonesia Memerlukan Integrator Andal

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

KETIKA dunia sudah semakin terintegrasi, karena globalisasi dan kemajuan di bidang teknologi informasi, Indonesia justru berada dalam posisi yang lemah dilihat dari sistem nasional yang sangat fragmentatif. Semua ada dan semua kita miliki, dan secara sosial politik dan budaya kita mengakui bahwa perbedaan adalah anugerah yang patut disyukuri. Namun, ada satu hal yang menjadi titik lemah, yaitu sulit dikonsolidasikan seluruh tatanannya.

Demokrasi dan desentralisasi sudah diakui sebagai sistem politik yang sudah kita jalankan sesuai dengan konsep dasarnya. Tetapi, hingga saat ini posisi kita menghadapi situasi yang kalau tidak berhasil dikelola oleh pemimpin yang integrator, bangsa ini akan menghadapi hambatan ketika masuk dalam jaringan sistem politik, ekonomi, dan budaya regional dan global. Pola pikir dan pola tindak bangsa ini ketika memasuki panggung dunia harus berbahasa yang sama dalam satu kesatuan politik, ekonomi, dan budaya Indonesia.

Doktrin bangsa Indonesia ketika berada di panggung dunia yang semakin bersaing ketat layaknya persaingan dalam dunia bisinis hanya ada satu kalimat, yaitu bangsa Indonesia harus bersatu dan berdaya saing. Pemimpin Indonesia ke depan, yang wawasan kebangsaannya dangkal dan tidak memiliki integritas, akan sulit menjadi kapten kesebelasan yang mampu mengintegrasikan seluruh pemainnya.

Dalam negara modern sekarang ini, di setiap negara yang berhasil membangun demokrasi, ada tiga komponen organisasi besar yang berperan, yaitu organisasi publik, organisasi bisnis, dan organisasi nirlaba, yang masing-masing mempunyai peran yang berbeda. Di luar itu tentu ada sekelompok kekuatan masyarakat madani yang tidak berada dalam ketiga sistem organisasi tersebut, dan yang terakhir ini, kita sebut sebagai masyarakat golongan kelas menengah.

Indonesia butuh seorang CEO (bukan manager) yang bisa memimpin holding company negara dan berkemampuan menggerakkan strategic business unit yang lokasinya tersebar di 34 provinsi dan lebih dari 500 kabupaten/kota dan sekian ribu desa yang bersifat otonom. Sistem nasional kita terus terang saja “rapuh” dan memerlukan perbaikan dan pembaruan agar kita berhasil membangun masa depan Indonesia yang lebih bermartabat dan beradab.

Harus Tetap Utuh

Indonesia ke depan harus solid di dalam negeri, karena untuk dapat bergabung dengan dunia, syarat tersebut harus dipenuhi. Kalau tidak, apa jadinya bangsa ini, karena banyak bangsa besar sangat berminat untuk menguasai Indonesia berdasarkan pertimbangan geostrategis. Kita telah sepakat bulat dan tidak rela jika Indonesia terjajah kembali, karena kita lemah. Kita sudah menyatakan bahwa NKRI harus tetap utuh, dan karena itu, harus dijaga dan dirawat untuk kepentingan bersama.

Bangsa ini sedang mencari seorang CEO/pemimpin integrator yang andal, bukan hanya sekadar manajer, karena perlu membangun tatanan baru di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya agar kita kuat dan solid. Kita sedang membangun struktur kebangsaan yang kuat dan kokoh agar bisa menjadi bangsa yang mandiri dan unggul.

Kita sedang membangun bangsa agar kekuatannya mampu berjejaring dalam satu tali ikatan yang ulet dan saling mengikatkan diri dalam satu sistem rantai nilai kebangsaan sebagai penggerak roda pembangunan.

Semua ini adalah yang ideal, tetapi memang kita butuhkan. Holding company Indonesia ini kita butuhkan kehadirannya untuk membangun kekuatan strategic business unit agar menjadi kekuatan daerah yang berdaya saing dan solid. Sistem rantai nilai kebangsaan yang demikian ini tidak bisa digerakkan oleh seorang pemimpin yang berklasifikasi manajer, tetapi sekaliber CEO andal, yang memiliki kapasitas sebagai integrator ulung. Koreksi, perbaikan, dan pembaruan sistem manajemen kebangsaan Indonesia memang harus dipimpin oleh integrator ulung yang wawasannya mumpuni.

Sekarang ini, kita sebagai bangsa sedang dihadapkan pada situasi harus memilih sosok CEO negara yang mampu menggerakkan bekerjanya sistem organisasi publik, organisasi bisnis, organisasi nirlaba, dan masyarakat kelas menengah baru yang kekuatannya harus bisa diorganisir secara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuaran kita bersama.

Tugas kita masing-masing sebagai warga negara, sebagai bangsa, sebagai diri kita sendiri adalah menguatkan nalar sehat dan nurani kita masing-masing untuk teguh pada pendirian bahwa kita harus memilih sosok yang tepat dan punya endurance yang tinggi sebagai integrator sistem kebangsaan yang cakap dan andal.

Sekali lagi, sistem kebangsaan bangsa ini sedang tidak solid, timpang antarwilayah dan timpang antarkelompok pendapatan, sehingga gini rationya mencapai 0,41. Salah tata kelola bisa menimbulkan masalah baru. Yang jelas siapa pun yang terpilih akan mengemban tugas berat sebagai sosok integrator. Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) akan selalu ada dalam kondisi apa pun. ***

CATEGORIES
TAGS