Industri Tekstil Menjerit kena “Bogem Mentah” Kenaikan Tarif Listrik

Loading

20140627Asosiasi_pertekstil

JAKARTA, (tubvasmedia.com)– Saat ini industri tekstil menjerit kena pukulan “bogem mentah” kenaikan tarif listrik mulai Mei 2015. Kenaikan tarif listrik yang dilayangkan saat pebisnis sempoyongan dihajar berbagai impitan pelemahan daya beli, dampak negatif kenaikan harga bahan bakar minyak dan tekanan kurs rupiah terhadap dollar.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, mengatakan kenaikan tarif listrik bagai “bogem mentah” yang akan mengurangi daya saing industri manufaktur Indonesia. “Ini jadi lampu kuning bagi industri di Indonesia,” katanya di Jakarta, Senin (4/5/2015).

Menurut Ade sepanjang Januari-Maret 2015 terdapat 1,6 juta spindle benang yang berhenti berproduksi. Ini terjadi karena dampak dari kenaikan tarif listrik tahun lalu. Banyak industri pemintalan benang menaikkan harga sehingga kalah bersaing. “Saat harga jual produk naik, benang impor China datang,” ungkapnya.

Tekanan yang sama juga dirasakan industri elektronik. “April lalu kami baru menaikkan harga, kemungkinan harga akan naik lagi sekitar 1persen-3 persen pada Juli,” kata Santo Kadarusman, Public Relations and Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi.

Plt Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat, menyesalkan kenaikan tarif listrik. “Saat daya beli  masyarakat turun, justru ditambah kenaikan tarif listrik,” kata Syarif.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang kuartal I-2015 terjadi perlambatan pertumbuhan produksi industri manufaktur pakaian jadi, karet, barang dari karet dan plastik serta industri kertas, barang dari kertas dan industri peralatan listrik masing-masing turun sebesar 3 persen, 3,94 persen, 4,04 persen, dan 4,74 persen, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Saat  ini ekonomi melambat, permintaan menyusut dan produksi ikut susut,” jelas Sjarif. (rel/edi s)

CATEGORIES
TAGS