Kapan Pun, Indonesia Adalah Nirwana Destinasi Investasi

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

SECARA sadar judul opini ini sengaja dibuat sedemikian rupa agar kita semua bangkit dari “kemalasan”, termotivasi kembali untuk membangkitkan rasa percaya diri dan tidak bersikap lebay, bahwa betul kapan pun Indonesia adalah nirwana destinasi investasi di antara negara-negara di dunia.

Ini bukan basa-basi, ini bukan pesan sponsor, dan ini bukan kampanye politik dan pencintraan.Tuhan telah memberikan anugerah dan kenikmatan kepada bangsa ini kekayaan alam, kekayaan intelektual, dan kekayaan budaya, yang beraneka ragam. Manfaatkan itu, asal untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

We will do our best and work hard. God bless you all. Tahun 2015 adalah tahun awal dimulainya FTA ASEAN, yang sebelumnya di dalam negeri pada tahun 2014 telah terjadi suksesi kepemimpinan nasional. Siapapun yang terpilih jadi RI 1 harus segera tancap gas dan bekerja keras untuk berlaga agar Indonesia bisa menjadi Nirwana Destinasi Investasi, baik PMDN maupun PMA. See and do, ini spirit yang harus dibangun bersama, selain harus incorporated, efisien, cepat, murah, dan mudah, just in time, real time dalam soal pelayanan, di pusat maupun daerah.

Puji-pujian sudah kelewat banyak, proyeksinya luar biasa. Menempatkan negeri ini secara geostrategik dan geopolitik dinilai menguntungkan untuk mengapitalisasi aset global melalui investasi langsung. Menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 di dunia tahun 2030. Rasanya tidak bisa dianggap basa-basi segala bentuk pujian yang kita terima. Di Asia adalah China, India, Jepang, Korsel, Indonesia, baru negara ASEAN yang lain. Maaf harus diprovokasi lagi bahwa akhirnya Asia adalah China, India, Indonesia, dan ASEAN lainya. FDI Jepang dan Korsel kita tarik lagi masuk ke jaringan ASEAN, dan Indonesia harus mendapatkan bagian yang terbesar karena alasan geopolitik dan geostrategik.

Mengapa harus menekankan kapanpun? Jawabannya sederhana saja, yaitu Indonesia adalah negara kepulauan yang besar. Lautnya luas, daratannya juga luas. Tambang, minerba, migas, semua ada. Pasar domestiknya paling besar di antara negara ASEAN. Di negara ASEAN, yang lain tidak ada, kalau ada tidak sebesar yang kita miliki.

Siap Dioperasikan

Regionalisme Asia dan ASEAN sebagai basisnya sudah terbentuk dan siap untuk dioperasikan pada tahun 2015. Sekawanan angsa terbang mulai tampak di cakrawala bisnis. China, Jepang, dan Korsel masing-masing memiliki kekuatan ekonomi, keuangan, dan teknologi untuk bersatu secara global di Asia dan di ASEAN pada khususnya.

Tidaklah berlebihan kalau kemudian Kishore Mahbubani dalam bukunya berjudul Asia Hemisfer Baru Dunia menyebut telah terjadi pergeseran kekuatan global ke timur yang tak terelakkan. The new Asian hemisphere. The irressitible shift of global power to the east. Salah satu babnya yang menarik dibaca adalah “Mengapa Sekarang Asia Bangkit? Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan secara geopolitik dan geoekonomi.

Indonesia memilki advantage, maka suka tidak suka, Indonesia harus bangkit menangkap peluang. Kalau tidak, kita hanya bisa menjadi pasar dan hanya menjadi penonton. Nirwana investasinya yang menikmati bangsa lain. Rewriting the rules. Para tamu sudah siap datang.

Mari kita sebagai bangsa jadilah tuan rumah yang baik dan ramah dan santun. Gelar karpet merah sepanjang mungkin menyambut kedatangan mereka. Biarlah angsa-angsa terbang dari China, Jepang, Korsel, India, Australia, dan Selandia Baru berhinggap di negeri ini, bertelur dan berkembang biak menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkelanjutan dan berkeadilan.

Sebagai bangsa yang besar, kita harus tetap menggunakan pendekatan yang bersifat inklusif agar partisipasi masyarakatnya optimal dan kegiatan ekonomi rakyatnya yang berbasis UKM/IKM juga bisa tumbuh secara sehat, kuat, dan berkembang, sehingga bisa bermitra dengan siapa pun dalam rangka perkuatan sistem rantai nilai dalam produksi dan distribusi global.

Dengan pendekatan yang demikian kita harapkan segala bentuk kerawanan sosial dan ekonomi dapat dicegah. Semoga bangsa ini digdaya dan dapat menikmati deviden dari hasil pertumbuhan ekonomi akibat pertumbuhan investasinya yang terus melaju. Sekali lagi, “Kapan pun Indonesia adalah Nirwana Destinasi Investasi. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS