Koruptor Sumber Dominan Premanisme

Loading

Oleh: Marto Tobing

ilustrasi

ilustrasi

TENTU semua sepakat untuk menyimpulkan bahwa siapa pun yang melakukan tindakan kekerasan, pemerasan dan perampokan atas hak orang lain itu berarti preman. Sedangkan semangat tindakannya yang selalu menghalalkan segala cara demi capaian hasil, baik itu materiil atau pun non materiil pasti sebagai konsekwensi pola hidup premanisme.

Premanisme itu sendiri berasal dari kata bahasa Belanda yakni vrijman. Vrjiman berarti orang bebas merdeka. Sedangkan isme itu aliran atau rujukan sebagai sebutan pejoratif yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari hasil pemerasan.

Namun, sesungguhnya fenomena premanisme di Indonesia mulai berkembang pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Preman tentu saja sangat identik dengan dunia kriminal, karena memang kegiatan preman tidak lepas dari kaidah kekerasan untuk merampas hak kaum lemah.

Sebagai contoh, preman di terminal bus yang memungut pungutan liar dari supir yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap keselamatan supir dan kendaraannya yang melewati terminal. Preman di pasar yang melakukan pungutan liar (memalak) dari lapak-lapak kaki lima yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap dirusaknya lapak yang bersangkutan. Sering terjadi perkelahian antar preman karena memperebutkan wilayah garapan yang beberapa diantaranya menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Preman Indonesia makin lama makin sulit diberantas karena selain ekonomi yang semakin memburuk justru semakin diperparah lagi keberadaan kolusi antar preman dengan petugas keamanan setempat atas komitmen berbagi setoran.

Namun perilaku premanisme yang semakin meresahkan masyarakat itu sebenarnya hanya sebagai konsekwensi norma hukum yang bersifat causalitas yakni sebab dan akibat. “Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api,” kata orang bijak seraya menuding para koruptor adalah sebagai sumber yang sangat dominan maraknya premanisme di Indonesia.

Kejahatan para koruptor merampas hak perekonomian rakyat sedemikian ganas dinilai sebagai salah satu penyebab yang sangat fundamental terjadinya pemiskinan hidup secara massal. Keterpurukan pun semakin sempurna ketika pengaruh hukuman pidana yang tidak berdampak efek jera itu masih saja diterapkan para hakim yang tidak patut lagi dipredikatkan sebagai “Yang Mulia”.

Triliunan rupiah uang negara dirampok, para terpidana koruptor itu pun masih saja senyam-senyum dan bahasa tubuhnya tampak mengisyaratkan satu keyakinan bahwa hukuman yang dijalani tak bakal maksimal. Kendati dana sebagai hak kesejahteraan rakyat yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) itu oleh koruptor digeser menjadi untuk memperkaya diri dan keluarga.

Jika preman melakukan aksinya di kawasan terminal, lapak-lapak pedagang atau di kawasan pertokoan juga di lahan-lahan perparkiran, mereka itu disebut premanisme jalanan. Namun juga tak kalah meresahkan bahkan sudah mengarah pada komunitas menakutkan ketika semakin menjamurnya organisasi massa (Ormas) apakah itu dengan menggunakan simbol-simbol etnis atau simbol-simbol agama tertentu, secara kasat mata juga melakukan kekerasan massal demi pencapaian tujuan.

Maka Ormas ini telah masuk kategori premanisme terorganisir. Polisi sebagai penegak hukum terdepan seakan dianggap angin lalu. Namun, sikap premanisme bersimbol ini tentu saja tak lebih, juga hanya sebagai akibat dari sebab. Semua sadar bahwa pengangguran pasti bersahabat dengan kemiskinan, yang pada akhirnya di back up oleh jalan pintas sebagai solusi yang sesat, karena dilakukan dengan menghalalkan segala cara sama saja dengan kaum premanisme.

Lalu yang menjadi pertanyaan besar, siapa sebenarnya sumber dari pada segala sumber premanisme yang semakin mengancam hingga kandasnya tingkat rationalitas sebagai bangsa? Tak lain sumber utama premanisme itu adalah orang-orang yang masuk kategori koruptor.

Berapa banyak dana kesejahteraan rakyat dikarungi antara lain misalnya oleh Angelina Sondakh, Muhammad Nazaruddin, Gayus Tambunan, Irjen Polisi Djoko Susilo, Wa Ode Nurhayati, Rosalina Manulang dan masih banyak lagi tak terkecuali para mantan Gubernur, Bupati dan Walikota termasuk para wakil masing-masing di seluruh Indonesia kini berstatus terpidana koruptor. Penjahat sejenis ini tentu saja masuk kategori premanisme birokrasi telah melanggengkan tingkat pengangguran dan kemiskinan secara nasional. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS