Laju Pasar Obligasi Diharapkan Bisa Kembali Meningkat

Loading

obligasi-siap

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada memaparkan, laju pasar obligasi di pekan kemarin mampu bertahan di zona hijau meski pergerakannya masih terbatas karena terhalangi dengan sentimen masih berlanjutnya pelemahan Rupiah.

“Harapan kami terhadap masih membaiknya laju perdagangan obligasi pun dapat terwujud. Sebelumnya kami sampaikan, meski nilai tukar Rupiah menjadi sentimen negatif yang dapat berpotensi melemahkan laju pasar obligasi namun, tampaknya pelaku pasar mendapat sentimen positif dari turunnya BI rate sehingga tingkat volatilitas yang ditawarkan kepada para pelaku pasar dapat direduksi,” ujar Reza, Senin (2/3/15). Dengan demikian, diharapkan adanya minat dari para pelaku pasar untuk kembali meramaikan pasar obligasi. Diharapkan laju pasar obligasi bisa lebih baik dari pekan sebelumnya seiring dengan membaiknya sentimen global.

Selain masih adanya imbas sentimen dari keputusan tak terduga BI yang menurunkan BI rate nya, sentimen positif lainnya ialah dari testimoni The Fed yang belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat sehingga direspon positif pada meningkatnya harga sejumlah obligasi global dan berimbas pada laju obligasi di dalam negeri. Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang kembali mengalami kenaikan harga seiring dengan mulai turunnya yield yang merata pada seluruh tenor. Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (4-7 tahun). Pergerakan yield tenor pendek dan panjang pun turut mengalami penurunan.

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 8,97 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 14,05 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami penurunan yield hingga 15,85 bps. Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun cenderung menguat harganya hingga 41,01 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun kembali naik harga hingga 111,28 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri Seri SPN-S 11082015 (reopening) dengan imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 11 Agustus 2015; Seri PBS006 (reopening) dengan imbalan sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2020; Seri PBS007 (reopening) dengan imbalan sebesar 9,0% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040; Seri PBS008 (reopening) dengan imbalan sebesar 7,0% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016.

“Total penawaran yang masuk sebesar Rp9,66 triliun dimana seri SPN-S 11082015 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 3,31 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 500 miliar,” ucap Reza. Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp 2,57 triliun. Total penawaran yang masuk lebih tinggi dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 2,32 triliun dengan penyerapan yang lebih tinggi. Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, Pemerintah menyerap seluruh seri SUN.

Pergerakan pasar obligasi yang cenderung menguat membuat permintaan akan tingkat yield masih menurun karena telah terkompensasi dengan pergerakan harganya yang meningkat. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri antara lain Seri SPN-S 11082015 (5,86%); Seri PBS006 (7,20%); PBS007 (7,94%), dan Seri PBS008 (6,86%).

Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 6,62x pada seri Seri SPN-S 11082015 sehingga memberikan gambaran bahwa banyak pelaku pasar yang masih lebih memilih lelang obligasi jangka pendek untuk ditransaksikan karena lebih likuid dan berdurasi lebih pendek. Seri SPN-S11082015 memiliki jatuh tempo yang lebih cepat / pendek dibandingkan dengan jatuh tempo suku bunga SUN lainnya.

Tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumnya dimana meski nilai tukar Rupiah menjadi sentimen negatif yang dapat berpotensi melemahkan laju pasar obligasi namun, tampaknya pelaku pasar mendapat sentimen positif dari turunnya BI rate dan belum adanya indikasi The Fed akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. Dengan demikian, diharapkan adanya minat dari para pelaku pasar untuk kembali meramaikan pasar obligasi.

“Harapan kami pun masih yang berharap laju pasar obligasi bisa kembali mengalami peningkatan lebih baik dari pekan sebelumnya. Sepanjang pelaku pasar tidak banyak melakukan aksi jualnya maka laju pasar obligasi pun tidak akan turun negatif signifikan,” ujar Reza. Dengan demikian, jikapun terdapat pelemahan lanjutan maka diharapkan tidak akan terlalu dalam pelemahannya. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±75 hingga 105 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS