Memaafkan, Tetapi Sulit Melupakan (2)

Loading

Oleh: Benny Hartanto

Tulisan ke dua – habis

ilustrasi

MEMAAFKAN itu sebenarnya tidak sulit untuk dilaksanakan. Ibaratnya, untuk memaafkan dibutuhkan cukup satu orang, sedangkan untuk mendamaikan dibutuhkan paling sedikit dua orang. Tergantung pada diri kita sendiri, mau memaafkan atau tidak. Yang utama, kita perlu untuk memberi maaf kepada orang lain. Mengingat hal ini hukumnya wajib, jangan sampai mempunyai rasa benci, dendam, atau terlebih-lebih rasa bermusuhan.

Dengan berbuat demikian diharapkan bisa terhindar dari rasa benci kepada seseorang atau sekelompok orang yang bersalah kepada kita. Ketika kita sedang dibuat kesal atau marah oleh orang lain, akan lebih utama apabila kita mau berusaha membalas dengan kebaikan atau berilah maaf. Oleh karena dengan demikian kita akan menjadi orang yang luhur budinya.

Sebagaimana meminta maaf, untuk memaafkan ini juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bilamana dilakukan tidak dengan tulus, maka hal tersebut akan dapat ketahuan (terdeteksi) di kemudian hari.

Kenapa Sulit Melupakan?

Banyak orang takut untuk memaafkan orang lain, karena seolah-olah mereka harus mengingat kejadian di masa lalu atau tidak mau mengambil pelajaran dari situ. Padahal memaafkan itu berarti membuang ingatan buruk di masa lalu.

Sekali dikecewakan, disalahkan atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain, menjadi tidak dendam itupun sudah untung. Mungkin ada kejadian yang sangat menyakitkan hati, yang menyinggung perasaan, yang membuat harus menangis berhari-hari, yang membuat malu, yang sangat membekas di hati, dan lain sebagainya.

Semua yang tergolong sakit hati (ill feeling), yang mungkin sudah terlalu dalam tertanam di hati, bisa jadi rasanya memang sulit untuk dilupakan. Seseorang bisa saja meminta maaf tanpa henti dan bahkan jika kita memaafkan mereka, kadang-kadang kita tidak bisa melupakan rasa sakit hati yang telah mereka perbuat kepada kita. Itu manusiawi sekali. “Saya dapat memaafkan, tetapi tidak dapat melupakan (I can forgive, but I cannot forget.)” hanya merupakan cara lain untuk mengatakan tidak mau memaafkan. Tidak ada satu orangpun yang ingin memiliki kenangan pahit.

Tetapi apa manfaatnya harus diingat terus, malahan bisa menambah sakit hati atau bahkan menyebabkan timbulnya rasa dendam. Untuk apa memelihara penderitaan, lebih baik dibuang jauh-jauh. Masih banyak hal-hal lain yang perlu dipikirkan, diperhatikan dan dikerjakan.

Saling Memaafkan

Jika kita telah melakukan sesuatu yang salah, mintalah maaf. Jika seseorang telah berbuat salah, maafkanlah. Tindakan saling memaafkan itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus, agar dapat mencairkan semua keluhan, kemarahan dan kebencian. Dengan saling memaafkan diharapkan dapat membantu memulihkan hubungan dengan orang lain yang telah ternodai oleh suatu kejadian dan membantu kita tumbuh dalam kerendahan hati.

Penutup

Setiap orang, yang baik maupun yang jahat, tidak luput dari kesalahan dan kelemahan, karena secara alamiah manusia mempunyai watak baik dan buruk. Bahkan orang yang dibilang baik sekali pun bisa berbuat kesalahan. Oleh karena itu, minta maaf kepada dan memaafkan orang lain sangat wajar untuk selalu dilakukan.

Walaupun sudah bisa memaafkan, mungkin masih teringat terus, tetapi tidak ada pilihan lain kecuali harus bisa melupakan. Perasaan negatif yang sudah pernah tergores di dalam hati harus bisa dilupakan dan diganti dengan mengingat kebaikan orang yang menyakitkan hati.

Di samping itu, kita juga harus bisa ikhlas menghadapi aneka macam kehidupan yang terasa tidak menyenangkan selain juga harus selalu mensyukuri sebagai hikmahnya.

Setelah memahami makna meminta maaf dan memaafkan orang lain serta bagaimana agar dapat melupakan kejadian yang melatar-belakanginya, sekarang tinggal mempraktekkannya di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Yang paling mudah dan layak untuk tempat praktek adalah kehidupan dalam keluarga, mencakup bapak, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Hendaknya budaya saling memaafkan dan merelakan kejadian yang tidak enak di masa lalu untuk ditumbuhkan. Penerapan di lingkungan internal keluarga ini sangat mudah dilakukan, karena mudah untuk diajarkan, dijelaskan, diperbaiki dan disempurnakan. Baru kemudian meningkat ke kehidupan di luar keluarga yang lebih heterogen sifatnya. Bersyukur di Indonesia budaya saling memaafkan ini sudah terjadi sejak lama melalui peringatan Hari Raya Idul Fitri.

Setelah membaca tulisan ini, maka apabila ada kesalahan dan kalimat yang tidak berkenan, penulis akan meminta maaf terlebih dulu dan para pembaca pasti akan memaafkan. Terimakasih. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS