Memperluas Pasar

Loading

Laporan : Enderson Tambunan

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Dampak gempa dan tsunami di Jepang, Jumat (11/3), menjadi kabut hitam bagi pengusaha tekstil, alas kaki, makanan-minuman, perajin, pengusaha tambak, dan eksportir ikan di Tanah Air. Ekspor komoditas unggulan kita ke negara yang perekonomiannya ketiga terbesar di dunia itu, tertunda untuk sementara waktu. Penundaan itu diperkirakan selama negara Sakura itu masih sibuk membenahi wilayah yang terpapar bencana.

Suara keprihatinan dari sentra komoditas ekspor pun mulai terdengar, setelah importir di Jepang melalui korespondensi meminta agar pengiriman atau pengapalan komoditas ditunda dulu dengan alasan bencana alam. Permintaan itu tentu mesti dilaksanakan dengan harapan kondisi di Jepang secepatnya pulih, sehingga aktivitas perdagangan antarnegara kembali pada relnya.

Merujuk pada pemberitaan media massa, pihak importir udang dan ikan di Jepang meminta kepada mitra dagangnya di Sumatera Utara agar pengapalan komoditas untuk April mendatang ditunda. Namun, secara keseluruhan kegiatan ekspor udang atau ikan dari Sumut hingga Maret 2011 belum ada gangguan. Pelabuhan penerima barang impor dari Indonesia termasuk Sumut tidak terkena bencana, seperti Pelabuhan Osaka dan Yokohama.

Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani, Minggu (13/3/2011), juga mengingatkan dampak sementara bencana gempa dan tsunami bagi komoditas ekspor unggulan kita. Hal yang sama akan juga dialami oleh impor kita, misalnya, beberapa pabrik otomotif Jepang tidak beroperasi untuk sementara waktu. Tapi, dia memperkirakan dampak yang lebih besar justru penurunan ekspor Indonesia ke Jepang, seperti diberitakan oleh Tubasmedia Online, Rabu (16/3).

Menurut Franky, hal itu karena Jepang akan sangat selektif membelanjakan uangnya. Pengeluaran belanja akan diutamakan untuk penanganan dan pemulihan bencana, sehingga kebutuhan sekunder lain tidak akan menjadi prioritas. Dan yang diperkirakan naik adalah ekspor semen, baja, dan perlengkapan bangunan lainnya.

Mencari Pasar

Sekalipun sifat penundaan pengapalan itu sementara, namun dari sudut bisnis tentu banyak pengaruhnya. Arus pemasukan akan tertunda, padahal biaya tetap harus keluar. Itu masalah sederhana yang bakal dihadapi.

Sambil menunggu pulih kondisi di Jepang, yang kita harapkan jauh lebih cepat, sebaiknya kita pun hendaknya memperluas pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Bertambah luasnya pasar tentu akan dapat mengatasi masalah jika di suatu negara terjadi bencana alam atau bencana politik, yang tidak memungkinkan komoditas kita masuk, seperti hari-hari sebelumnya.

Tentu, mencari atau memperluas pasar, apalagi di negara orang, bukanlah pekerjaan mudah. Tapi, dengan memaksimalkan peranan jaringan, itu bukan hal mustahil. Setiap ayunan langkah akan punya arti, seberapa berat pun beban yang dipikul. Terutama mencari dan atau memperluas pasar di dalam negeri.

Penduduk kita lebih dari 230 juta, yang berdiam dari Sabang sampai Merauke. Ini potensial untuk pemasaran komoditas.

Elok pula kita ayunkan langkah untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri. Mari kita tingkatkan itu dengan kampanye berkesinambungan, seperti dulu kita gencarkan. Di perdesaan dan di perkotaan menunggu konsumen yang setiap pada produk buatan anak bangsa. ***

CATEGORIES
TAGS