Memupuk Rasa Persaudaraan Sesama Bangsa Indonesia (2)

Loading

Oleh: Benny Hartanto

-tulisan kedua

ilustrasi

ilustrasi

AGAR supaya kehidupan bermasyarakat itu bisa berjalan dengan baik dan terwujudkan rasa persaudaraan, maka ada beberapa watak dan perilaku yang perlu untuk dibangun, dipupuk dan ditingkatkan mutunya pada setiap individu seperti di bawah ini.

Hidup Rukun dan Jangan Bertengkar

Sejatinya setiap manusia sudah mengerti bahwa bertengkar itu membuat ringkih kekuatan dan rukun membuat sentosa, tetapi apa sebabnya manusia masih suka bertengkar. Hal ini disebabkan masih terlalu besar pamrih-nya pada barang yang tidak kekal, seperti suka pada harta benda/keduniawian yang melebihi kelayakan hidup sederhana, suka pada sanjungan puji dan kemasyhuran.

Semua itu menjadi jalan syaitan, yang menuntun tumbuhnya watak dengki, iri hati, pemarah, tidak mau kalah, pongah, suka memfitnah, dsb yang mengakibatkan perselisihan, percekcokan, dapat juga menimbulkan peperangan, yang hanya mengakibatkan kerusakan (kesengsaraan). Apabila kesengsaran terjadi sampai berlarut-larut karena manusia tidak mau bertobat, maka manusia pun lupa kepada Tuhan. Akhirnya tersesat dalam kenistaan.

Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara sangat perlu untuk menghindari perbuatan yang bisa merusak kerukunan, karena negara yang bersatu akan kuat dan yang bertikai akan menjadi lemah.

Jangan Membenci dan Wajib Memberi Maaf

Orang yang membenci (sangat tidak suka) kepada seseorang atau sekelompok orang itu dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti pernah mengalami perselisihan, diperlakukan dengan tidak baik (ditipu, dilecehkan, difitnah, dlsb), berbeda agama, paham atau ideology, lawan politik, dendam, iri hati, dsb.

Cara menghindar dari rasa benci adalah: janganlah diingat-ingat, apabila menerima perlakuan yang tidak baik atau diperlakukan jahat oleh siapa saja. Sedapat mungkin kejahatan orang itu ditutupi dengan kebaikannya atau kebaikan orang itu hendaknya diingat-ingat, sehingga dapat menghilangkan atau menutupi kejahatannya. Apabila kita dapat berlaku demikian, maka rasa kasih-sayang pada diri kita kepada sesama hidup tidak akan surut.

Cara ini dapat menyejukkan hati atau perasaan yang sedang panas atau dongkol, sehingga bisa terhindar dari rasa benci. Lebih utama lagi, apabila kita diperlakukan jahat oleh siapa saja, kita balas dengan kebaikan atau memberi maaf kepadanya. Jika kita dapat berbuat seperti itu, maka kita dapat menjadi orang yang berbudi pekerti luhur.

Apabila kita mengetahui kesalahan orang lain, jangan disebarkan kebencian terhadap orang itu. Lebih baik menunjukkan kesalahannya tanpa menyinggung perasaan, sehingga akhirnya malah dapat mempererat rasa persaudaraan. Demikian juga jangan tergesa-gesa memperbaiki kelakuannya, jikalau diri kita sendiri merasa belum dapat baik dan belum dapat menjalankan kesabaran.

Mengakui Kesalahan

Dalam pergaulan hidup di masyarakat, berbuat kesalahan sering tidak bisa dihindari. Kalau memang merasa bersalah kepada orang lain, maka cepat-cepatlah mengakui kesalahan dengan berani. Selain akan merasa lega, juga menunjukkan keluhuran budi. Tetapi anehnya, orang sering mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahannya, misalnya karena gengsi, merasa lebih tua atau lebih berpangkat, takut dianggap bodoh, dan lainnya, sehingga membuat kesalahan dua kali. Orang yang mencari-cari alasan adalah orang yang menuduh dirinya sendiri.

Jika orang tidak mau mengakui kesalahannya, maka perbaikan tidak dapat diharapkan darinya. Karena itu, akuilah kesalahan agar siap untuk memperbaikinya, sehingga kesalahan serupa tidak akan terulang lagi. Kesalahan yang diakui berarti sudah separuh diperbaiki.

Disisi lain, apabila kita disangka dan dituduh melakukan kesalahan, padahal kita tidak melakukan hal yang dituduhkan tersebut, maka kita tidak perlu sakit hati. Kita tidak perlu menanggapi apabila tidak perlu, karena nantinya dapat berlarut-larut dan akhirnya seolah-olah kita benar-benar melakukan kesalahan.

Orang yang tidak melakukan kejahatan atau kesalahan apa pun akan hidup tenang dan tidurnya pun nyenyak. Barang siapa sudah menyadari akan kesalahan dan dosanya itu termasuk orang yang sudah mengerti hakikat kemanusiaannya, ialah manusia yang utama.

Berhati Lapang, Berpengetahuan Luas

Untuk bisa memelihara persahabatan atau bahkan persaudaraan, kita perlu untuk memiliki watak sabar, yaitu diantaranya berhati lapang, berpengetahuan luas, tidak berbudi sempit, dan dapat menyingkir dari watak picik serta berangasan. Jadi, kita harus memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dalam segala aspek kehidupan. Bukan berarti harus menjadi orang yang pandai dan serba tahu, tetapi yang dapat menempatkan diri dalam situasi berbeda, bertentangan ataupun yang menyerang pemikirannya.

Apabila ada perbedaan pendapat, orang yang picik itu biasanya tidak mau mendengar atau menghargai pendapat atau ide orang lain, karena pikirannya dibatasi oleh pengetahuannya, menganggap keliru pengetahuan orang lain yang tidak sama dengan pengetahuannya sendiri. Perbedaan adalah realitas yang harus dihargai, sejauh tidak menjadi benih permusuhan.

Selagi pendapat itu ada dasarnya ataupun ada fakta pendukungnya, maka cukup hal itu disampaikan, terserah mau diterima atau tidak. Sikap yang perlu diambil bisa mengklarifikasi lebih lanjut tanpa memaksakan kehendak agar pendapatnya diterima, sehingga tidak ada kesan menang atau kalah. Kalau mau mengkritik, lakukan dengan cara yang halus dan santun sehingga tidak menyakiti hati orang yang dikritik.

Sedangkan orang yang berangasan itu mudah sekali menjadi marah dan kasar. Dalam hal ini mengendalikan rasa marah sangat diperlukan, agar tidak terjadi perselisihan yang lebih hebat lagi. Orang yang sabar harus dapat meredam kemarahannya sehingga tidak meluap-luap. Dengan demikian, watak picik dan berangasan harus dibuang jauh-jauh untuk membina suatu persaudaraan. Suasana tenang dan damai sangat dibutuhkan untuk menghadapi perkara apa pun dalam pergaulan. (bersambung)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS