Menjamur, Anak Jalanan di Kota Tasikmalaya

Loading

Laporan : Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

TASIKMALAYA, (Tubas) – Anak jalanan menjamur di wilayah Kota Tasimalaya, Jawa Barat, karena kurangnya kepedulian Pemkot Tasikmalaya dalam menanggulangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan di wilayahnya.

Pemantauan Tubas, pekan lalu, menemukan kondisi sejak satu tahun terakhir jumlahnya anak jalanan (pengamen) terus bertambah dan dirasakan mengganggu warga masyarakat setempat. Masyarakat Tasikmalaya mengimbau wali kota Tasikmalaya segera melakukan penertiban terhadap pengamen di perempatan jalan di wilayah Kota Tasikmalaya.

Jumlah anak jalanan telah mencapai ratusan. Setiap hari mereka meminta-minta. Biasanya mereka mangkal dan meminta-minta di perempatan Citapen, Mitra Batik, Masjid Agung – Jalan HZ Mustofa, Pancasila – Sutisnasenjaya, Padayungan, Rancabango, dan Alun-alun. Di setiap kantong tersebut, rata-rata ada 15 hingga 20 orang anak jalanan dari berbagai kelompok umur. Malah di perempatan Mitra Batik dan Citapen, anak jalanan masih di bawah lima tahun.

Kondisi sosial ekonomi tersebut membuat anggota Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya, Andi Marsandi geleng-geleng kepala. Menurut dia, keberadaan anak jalanan selain mengganggu kenyamanan pengguna jalan juga bisa merusak citra Kota Tasikmalaya sebagai Kota Resik.

“Cara mereka mengemis itu sangat membahayakan keselamatan jiwanya. Pemerintah harus cepat turun tangan untuk mengatasi masalah anak jalanan ini, sebelum kondisinya semakin parah dan dampaknya semakin meluas,” pinta Andi.

Di tempat terpisah, Kasi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kota Tasikmalaya, Awan S, mengakui jumlah anak jalanan Kota Tasik saat ini terus bertambah. Berdasarkan survei yang dilakukan, pada satu titik mangkal anak jalanan ada sekitar 25-30 anak.

Menurut Awan dalam waktu dekat Dinsosnakertrans akan melakukan penertiban dan rehabilitasi anak jalanan. “Pola yang dilakukan bukan pola penjaringan atau razia, tetapi melalui pola pendekatan sehingga tidak terkesan radikal. Misalnya untuk yang masih usia sekolah, bisa kita kembalikan ke sekolah,” jelasnya. (hakri/dadang)

CATEGORIES
TAGS