Nation and Character Building

Oleh: Edi Siswoyo

BANYAK orang yang menggelengkan-gelengkan kepala, heran atas kasus dugaan korupsi yang menimpa Menteri Agama Suryadharma Ali. Berbagai kalangan pun kaget dan terperenjat mendengar sangkaan korupsi kepada Menteri Agama sebagai salah satu simbol penjaga dan pengibar moralitas bangsa. Apa yang terjadi dengan Menteri Agama tersebut merupakan bagian dari persoalan nation and character building dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia. Sudah begitu parah dan rapuhkah kondisi mental, moral dan etika di negeri ini?

Memang kita semua harus menghormati prinsip hukum praduga tak bersalah dalam kasus dugaan korupsi Menteri Agama . Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menduga terjadi korupsi lebih dari Rp 100 miliar terkait fasilitas penyelenggaraan ibadah haji. Kejahatan korupsi tersebut secara moral, etik dan penegakkan hukum sebagai tindakan yang mengherankan, memalukan dan keterlaluan di dalam kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, Menteri Agama merupakan salah satu simbol penjaga dan pengibar moralitas bangsa dan negara Indonesia.

Maka, tidaklah berlebihan di masyarakat muncul reaksi, gugatan dan sorotan terhadap kondisi mental, moral dan etik kita melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berbegara. Sepertinya sudah begitu parah dan rapuh kondisi mental, moral dan etik di negeri ini. Seorang Menteri Agama sampai terperosok melakukan tindakan korupsi. Kasus tersebut menambah tebal gambaran “gunung es” persoalan krisis mental, moral dan etik para pejabat negara dalam melaksanakan tugas dan tanggunjawabnya.

Integritas moral dan pribadi menjadi penting. Nation and character building (pembangunan karakter bangsa) pun menjadi kebutuhan yang mendesak. Gagasan capres Jokowidodo memperbaiki kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui revolusi mental layak mendapat apresiasi. Langkah tersebut merupakan salah satu upaya mengatasi persoalan krisis mental, moral dan etik yang sudah “menggunung” di negera Indonesia tercinta! ***