Ny Satem: Bangsaku Bukan Bangsa Pemalas

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

BANYUMAS, (TubasMedia.Com) – Bertambahnya usia Republik memasuki 67 tahun hari Kemerdekaan, pada kenyataannya belum cukup untuk mengangkat harkat dan martabat rakyatnya dari keterpurukan. Degradasi moral, minimnya kepedulian sosial, rendahnya jiwa nasionalisme pada diri para pembuat kebijakan, masih terlihat jelas. Hal ini ternbukti dari masih banyaknya masyarakat miskin di tengah bumi nusantara yang kaya sumber daya alam, bak berada dalam surga.

Perjuangan dan pengorbanan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan para penjajah,dengan darah, keringat dan nyawa para pejuang pendahulu dari seluruh Nusantara, seolah-olah hanya tinggal kenangan. Kenyataannya, para pembuat dan penentu kebijakan di Republik ini seolah tidak berdaya, dan membiarkan begitu saja penjajahan secara ekonomi terhadap kaum miskin di berbagai sektor kehidupan.

Sulitnya memperoleh pekerjaan dan mahalnya biaya pendidikan, mengakibatkan rendahnya mutu SDM, sebagai salah satu pilar terdepan untuk menangkal segala bentuk penjajahan. Hal tersebut seakan tidak dimengerti oleh para pembuat kebijakan yang notabene memiliki gelar kesarjanaan sampai tingkatan tertinggi.Bahkan, predikat pemalas bagi kaum miskin bisa dikatakan sebagai bentuk penghinaan kepada pemegang kedaulatan tertinggi negeri ini.

Padahal, menurut pengamatan tubasmedia.com, mayoritas kemiskinan terjadi karena ketidakberpihakan para pemegang dan penentu kebijakan terhadap mereka. Seperti dikatakan Ny Satem, janda sepuh yang bertugas membersihkan sebuah taman kanak-kanak di dekat rumahnya, bahwa; “Bangsaku bukan bangsa pemalas.” (christ/pai)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS