Pangsa Pasar Mobil Merek Jepang Masih Mendominasi

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pangsa pasar mobil merek asal Jepang di Indonesia hingga kini masih mendominasi, tetapi hal tersebut tidak menjadikan merek produk non-Jepang diam. Geliat pertumbuhan terus ditampakkan, meskipun tisak seagresif Jepang.

Berdasarkan data sementara Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada pertengahan tahun ini penjualan merek non-Jepang yaitu merek Eropa, Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan, mencapai 42.097 unit tumbuh 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu 35.276 unit.

Bila dilihat secara volume pencapaian tersebut tentunya sangat kecil, dibandingkan dengan merek Jepang yang pada semester I/2014 mencapai 590.720 unit tumbuh 27,7% dari periode yang sama tahun lalu 462.670 unit. Namun, bila dilihat dari pertumbuhan, penjualan mobil merek non-Jepang bisa dikatakan tidak kalah dengan merek Jepang.

Komisaris Indomobil Group, Gunadi Sindhuwinata berpendapat sebetulnya tidak sulit bagi merek Eropa untuk memperluas pasar di Tanah Air. Hal ini tergantung pada seberapa penting pasar otomotif Indonesia di mata prinsipal Eropa.

“Bagi merek Eropa, pasar RI tidak sulit, tapi lebih bagaimana mereka melihat Indonesia sebagai pasar yang penting atau tidak,” tuturnya di Jakarta, baru-baru ini.

PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. menaungi pemasaran sejumlah merek Eropa, yaitu Volkswagen, Renault, Audi, dan Volvo. Perseroan berperan sebagai pemegang lisensi merek, distributor, perakitan, serta jasa pembiayaan.

Kendaraan merek Eropa berkarakter beda dari Jepang. Di Indonesia, prinsipal Negeri Sakura lebih banyak mengembangkan tipe standar yang akan diserap mayoritas konsumen alias mobil sejuta umat. Namun, Eropa fokus kepada kendaraan kelas premium yang menjagokan eksklusivitas.

Oleh karena itu, volume penjualan mobil Eropa tak sebanyak Jepang lantaran harganya lebih tinggi. Gaikindo mencatat sepanjang tahun lalu Volkswagen terjual 1.238 unit, Renault 37, Volvo 19 unit, dan Audi 410 unit. Pada Januari-Mei tahun ini VW laku 334 unit, Renault 54 unit, dan Audi 112 unit.

Prinsipal Eropa perlu mencermati persaingan dengan merek Jepang sebelum memutuskan membangun pabrik di Indonesia. Untuk mendongkrak minat investasi, juga perlu kehadiran iklim investasi yang kondusif termasuk dari segi biaya logistik.

“Kami perlu buat situasi di dalam negeri lebih baik, dari segi logistik, rantai pasok, transportasi, level kemacetan lalu lintas dan lainnya. Terkait dengan infrastruktur, investor sudah gerah sejak dulu,” ucap Gunadi.

Ketergantungan terhadap Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menjadi salah satu hal yang menahan ketertarikan prinsipal otomotif memperdalam penanaman kapital. Pasalnya, jalur transportasi darat antara pabrikan dan pelabuhan, kerap terkendala macet sehingga biaya logistik sulit dihemat.

Oleh karena itu, Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat, diharapkan segera terealisasi. Harapan terhadap pelabuhan senilai Rp34,5 triliun itu menjadi harapan semua pebisnis di industri otomotif, termasuk pabrikan Jepang.

Dirjen Indusri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi berpendapat kenaikan PPnBM mobil di atas 3.000 cc menjadi 125%, sama sekali tidak melumpuhkan pasar mobil mewah. Pangsa pasar merek Eropa bahkan diramalkan bakal meluas pada tahun ini.

“Impor produk di atas 3.000 cc langsung turun, tapi sekarang lebih fokus menjual produk di bawah 3.000 cc. Sepertinya, pasar mobil Eropa bakal naik tahun ini karena banyak produk baru,” kata Budi. Karakter produk dan segmen pasar yang berbeda, menjadikan skala industri mobil premium berbeda dengan produk standar.

Mampu atau tidaknya pasar domestik mencapai level keekonomian bagi kendaraan kelas atas ini, turut jadi pertimbangan prinsipal Eropa sebelum melokalisasi produksi. Skala keekonomian produksi massal kendaraan mewah sekitar 3.000 unit per tahun, sedangkan mobil standar lain 30.000 unit. Masalahnya, untuk memenuhi penjualan 3.000 unit dalam setahun bukan perkara mudah bagi produk premium.

Mercedes-Benz adalah salah satu merek Eropa yang merintis lokalisasi produksi, meskipun baru di level perakitan dengan kapasitas 5.000 unit per tahun. Rencana investasi yang belum lama ini terdengar, datang dari Volkswagen tetapi pelaksanaannya tertunda. (red/anthon)

TAGS