Pejuang Keistimewaan DIY Berusaha “Duduki” Gedung Agung

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

YOGYAKARTA, (Tubas) – Perjuangan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk terwujudnya proses penetapan dalam Keistimewaan DIY masih terus menggelora. Pada Rabu (13/7) sore, ratusan pejuang keistimewaan termasuk di antaranya pimpinan dan anggota DPRD DIY mengepung dan berusaha menduduki Istana Gedung Agung Yogyakarta untuk menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Awalnya massa pengunjuk rasa yang menyerukan satu suara berupa perjuangan proses penetapan dalam Keistimewaan DIY mendapatkan hadangan sangat ketat dari aparat keamanan. Namun karena kuatnya desakan massa, akhirnya aparat keamanan mencari jalan keluarnya dengan mengizinkan lima orang perwakilan masyarakat masuk ke Gedung Agung yang merupakan Istana Kepresidenan itu guna menyampaikan aspirasinya.

Lima orang yang kemudian disepakati menjadi delegasi mewakili massa pengunjuk rasa untuk masuk ke Gedung Agung menyampaikan asprasi kepada Presiden SBY itu terdiri Ketua DPRD DIY, Youke Indra Agung, Ketua DPRD Kota Yogyakarta, Henry Kuncoro Yekti, Ketua DPRD Bantul, Kristiyani, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, Slamet, dan Ketua Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan DIY, Widhihasto Wasana Putra. Karena Presiden SBY tidak berada di Gedung Agung, kelima wakil massa tersebut hanya diterima Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, dan Juru Bicara Kepresidenan, Julia Pasha.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu, wakil masyarakat Yogyakarta tersebut menyampaikan desakan kepada pemerintah agar segera menyelesaikan polemik RUUK DIY. Mereka juga menyerahkan hasil sidang paripurna DPRD DIY yang menetapkan proses penetapan terhadap Gubernur dan Wakil Gubernur DIY agar nantinya disampaikan kepada Presiden SBY.

Ketua DPRD DIY, Youke Indra Agung, yang menjadi salah seorang dari wakil masyarakat menegaskan, apa yang telah diputuskan masyarakat Yogyakarta harus dijadikan dasar utama penyusunan RUUK DIY. “Ini sudah menjadi tekad bulat bersama bahwa penetapan Keistimewaan DIY adalah harga mati,” tandasnya.

Sikap perlawanan dan ‘pengusiran’ itu dilakukan dengan cara mengketapel ke udara setiap kali ada pesawat terbang yang melintas di udara Yogyakarta. Setiap pesawat terbang yang datang itu digambarkan sebagai pesawat yang membawa Presiden SBY. Tak hanya dengan ketapel, sejumlah perempuan bersenjatakan panah, juga telah ‘beraksi’ dengan melontarkan panahnya untuk menolak kedatangan SBY. (s eka ardhana)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS