Penting Pendidikan yang Link and Match

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

DIRJEN Kerjasama Industri Internasional (KII), Kemenperin, Agus Tjahajana (kiri), saat memberi pemaparan pada Workshop Pendalaman Industri untuk Wartawan. –tubasmedia.com/sabar hutasoit

KUTA, BALI, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian (Kemperin) minta Kementerian Pendidikan Nasional agar mengembangkan kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan industri nasional. Pasalnya, sampai saat ini kelemahan utama industri nasional adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

Demikian Dirjen Kerjasama Industri Internasional (KII), Kemenperin, Agus Tjahajana, dalam acara “Workshop Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan” di Kuta, Bali, Kamis (13/3) malam.

Agus mengatakan, industri nasional saat ini dan ke depan membutuhkan lulusan sekolah atau universitas, perguruan tinggi yang bisa langsung dipakai. “Di sinilah pentingnya konsep pendidikan yang link and match. Dan seperti inilah yang berlaku di negara-negara maju seperti Jepang, AS dan negara-negara Eropa,” kata dia.

Menurut Agus, ke depan harus meningkatkan kualitas pendidikan yang link and match dengan industri yang dapat menghasilkan tenaga terampil, ahli madya dan ahli industri. Selain itu, akan ditingkatkan kompetensi SDM industri dengan pemberdayaan lembaga sertifikasi profesi, tempat uji kompetensi sesuai standar internasional. Oleh karena itu juga harus dilakukan penguatan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Menurut Agus, tantangan industri nasional ke depan adalah rendahnya tarif dalam arus perdagangan barang maka liberalisasi jasa akan menjadi topik atau fokus utama ke depan di dalam perundingan. Hal lain, kata dia, adalah sektor ini telah makin memegang peran penting dalam perekonomian dan nilai tambah suatu produk.

Tantangan lain, kata Agus, adalah perkembangan dan daya saing industri terutama sektor jasa industri atau tenaga kerja industri, seperti output pendidikan formal yang belum siap bekerja, kualitas SDM yang tidak merata di setiap daerah, keterbatasan lapangan kerja, tren penganggur dari yang berpendidikan rendah menjadi penganggur berpendidikan tinggi.

Menurut Agus, penguatan daya saing industri dan tenaga kerja industri harus dilakukan di semua sektor terkait, baik lintas sektor pemerintah, pebisnis, asosiasi dan masyarakat. “Masing-masing perlu segera melakukan berbagai antisipasi dalam menghadapi tantangan dari luar berupa perdagangan bebas regional maupun bilateral,” kata Agus. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS