Pulau-pulau Terluar untuk Pariwisata Dunia

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

ilustrasi

ilustrasi

SEBAGAI negara kontinental dengan 13.000 pulau, Indonesia memiliki ribuan pulau-pulau terluar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap pulau menunjukkan keunikan dan keanekaragaman hayati. Tetapi, ironisnya, banyak pulau terluar terancam tenggelam, karena eksploitasi sumber daya alam dan meningkatnya permukaan air laut.

Pulau-pulau terluar menawarkan keanekaragaman hayati dan masih menyimpan banyak rahasia alam yang belum terkuak. Tetapi, mengapa pulau-pulau kecil dieksploitasi? Terdapat banyak alasan mengapa rusak dan terancam tenggelam. Pertama, pohon-pohon ditebangi sampai pulau-pulau kecil gundul. Selain pohon, pohon bakau pun ditebangi untuk membuat arang dan bahan baku kertas. Karang di dasar laut, sebagai salah satu penahan ganasnya ombak, rusak karena penangkapan ikan dengan cara mengebom.

Kedua, lemahnya pengawasan dari aparat, karena pulau-pulau terluar yang diawasi begitu banyak dan tersebar luas. Jumlah pengawas dan infrastrukturnya terbatas. Masyarakat yang bermukim dekat pulau kurang berpartisipasi mengawasi untuk mencegah eksploitasi pulau. Atau masyarakat sekitar pulau bekerja sama dengan pelaku illegal logging untuk mengambil kayu di pulau-pulau terluar.

Ketiga, kekayaan alamnya belum bisa dimanfaatkan untuk obat-obatan, bahan baku kerajinan tangan, dan daya tarik wisata. Masyarakat cenderung berpikir jangka pendek, mencari keuntungan sesaat dengan mengeksploitasi sumber daya alam pulau. Alasan keempat, pulau-pulau terluar belum bisa dijadikan sebagai objek wisata, karena tidak ada akses transportasi yang mudah dan murah. Selain masalah akses, tidak adanya promosi wisata menyebabkan pulau-pulau terluar tidak dapat menarik kunjungan wisatawan domestik dan asing.

Penulis pernah mengunjungi pulau-pulau terluar, di antaranyai Kepulauan Mentawai. Pulau Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan 72 pulau kecil. Pulau besar terdiri atas Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Kepulauan Mentawai sangat indah.

Ketika berkunjung ke pedalaman Pulau Mentawai, penulis bertemu dengan orang yang memakai tato. Orang yang berprofesi untuk pengobatan alternatif disebut sikerei. Mereka menggunakan bahan baku obat yang bersumber dari kekayaan alam setempat.

Pulau Mentawai adalah pulau yang termasuk jalur gempa aktif. Karena sering dilanda gempa, rumah adat Mentawai terbuat dari konstruksi kayu. Konstruksi rumah tahan gempa ini menunjukkan kearifan lokal masyarakat di wilayah yang sering dilanda gempa.

Pantai Pulau Mentawai berpasir putih dan indah. Ombaknya juga besar. Menurut penulis, penduduk setempat, dan dari berbagai referensi, Pulau Mentawai adalah salah satu tempat surfing terkenal di dunia. Tetapi, jika diamati lebih teliti, penulis melihat banyak karang di sekitar pulau kecil mati karena penangkapan ikan dengan cara bom air. Kabarnya, penggunaan bom air dilakukan oleh orang-orang yang bermukim di luar Pulau Mentawai.

Destinasi Wisata

Wilayah Nusantara memiliki ribuan pulau terluar. Lokasi pulau terluar tersebar dari belahan barat Sumatera, Kepulauan Maluku, Kepulauan Miangas di atas Sulawesi Utara hingga Papua. Pulau-pulau terluar ini memiliki keanekaragaman hayati dan mempunyai objek-objek wisata yang tak kalah dari obek wisata di negara-negara lain.

Masalahnya, rata-rata pulau terluar sulit diakses. Akses menuju ke pulau-pulau ini dilakukan dengan berganti-ganti moda transportasi, sehingga cenderung waktu tempuh lama dan biaya perjalanan mahal. Selain masalah akses transportasi, infrastruktur pendukung pariwisata dan promosi tempat-tempat wisata juga sangat kurang.

Menyiapkan pulau-pulau terluar sebagai destinasi wisata berkelas dunia membutuhkan strategi khusus. Langkah-langkah yang perlu dilakukan. Pertama, waktu tempuh ke objek wisata dipersingkat. Kedua, biaya perjalanan ditekan semurah mungkin dengan menawarkan paket wisata berbiaya murah. Ketiga, informasi mengenai objek-objek wisata dibuat selengkap mungkin dan dipublikasikan melalui promosi wisata di sejumlah negara dan juga dapat diakses melalui internet. Keempat, menyiapkan infrastruktur yang nyaman dan aman di tempat wisata, seperti, tempat penginapan, tempat-tempat menjajakan makanan dan cenderamata. Kelima, menyiapkan pertunjukan budaya local. Keenam, menyiapkan SDM pemandu wisata yang menguasai bahasa asing dan budaya lokal.

Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui pengelolaan wisata di pulau-pulau terluar akan mendorong masyarakat lokal menjaga, melestarikan lingkungan dan budaya lokal setempat. ***

(Penulis, Dosen Teknik Sipil UKI dan Pendiri Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS