Rakyat Bali Kecam SBY Soal Reklamasi Teluk Benoa

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

BALI, (tubasmedia.com) – Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY ) melakukan revisi terhadap Perpres Sarbagita No 45 Tahun 2011, dikecam rakyat Bali, sebab diyakini akan memuluskan rencana investor melakukan reklamasi Teluk Benoa.

Selain merusak keaslian alam Pulau Bali yang berbentuk kaki ayam itu, diyakini pula hal ini hanya menguntungkan investor dan berdampak pada melemahkan ekonomi rakyat yang terhidupi oleh kondisi teluk tersebut. Lagipula, kalau Teluk Benoa direklamasi menjadi daratan, maka kebanggaan anak bangsa membangun jalan tol di atas laut teluk tersebut, betul-betul menjadi sirna.

Pantai teluk tersebut juga merupakan hutan bakau yang cukup luas dan berfungsi untuk menahan abrasi pantai, serta menjadi tempat budidaya udang dan ikan yang menjadi mata pencaharian penduduk setempat. Masyarakat setempat sangat keberatan dan sudah menduga bahwa reklamasi ini adalah untuk kepentingan pengusaha, khususnya yang santer disebut-sebut adalah Tommy Winata yang baru-baru ini mendatangkan pemain bola terkenal dari Italia untuk melakukan penanaman bakau bersama SBY di salah satu lokasi pantai Teluk Benoa tersebut. Gelagat pengusaha luar untuk menguasai teluk ini, rupanya sudah tercium oleh masyarakat.

Rektor Universitas Mahendradatta Denpasar, Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, tokoh akademisi Bali sangat menyayangkan rencana SBY melanjutkan reklamasi, yang jelas menuai penolakan rakyat Bali, terutama masyarakat sekeliling Tanjung Benoa. Ia menuding upaya revisi Perpres Sarbagita (melingkupi Kotamadya Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan), serta rencana menghapus status koservasi Teluk Benoa, adalah demi memuluskan kepentingan investor. Untuk itu, ia mengajak rakyat Bali agar bersatu menggagalkan upaya perusakan alam Bali lewat revisi Perpres Sarbagita tersebut.

Wedakarna dalam keterangannya kepada media setempat, menilai, upaya merevisi Perpres Sarbagita sebagai bagian sistematis untuk memuluskan reklamasi dan memenuhi kepentingan investor. Karena, siapa pun nantinya presiden setelah 2014, reklamasi akan hidup terus karena sudah ada dasar hukumnya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga diminta harus mendukung perjuangan rakyat untuk menggagalkan rencana reklamasi itu. Bukan malah mendukung kepentingan investor untuk merusak alam Bali.

Menurut keterangan yang diperoleh wartawan tubas media.com, Anthon P Sinaga, beberapa bulan lalu sejumlah warga Tanjung Benoa sudah melakukan aksi menolak rencana reklamasi daerahnya. Mereka membawa spanduk-spanduk berisi penolakan dengan menaiki speedboat dan berbagai perahu bermotor.

Aksi serupa juga terjadi Jumat (27/12) oleh warga Tanjung Benoa, ditambah lagi pemutaran lagu berjudul: “Tolak Reklamasi” di sejumlah sudut jalan. “Mungkin aksi lebih besar lagi akan terus dilakukan, apabila rencana konyol dari pusat yang didukung pemprov ini dilanjutkan,” kata Kadek Umbara, warga setempat. Mereka menuduh rencana ini sebagai kongkalikong dengan investor.

Sementara itu, mantan Anggota DPRD Tabanan, dan tokoh masyarakat, I Gusti Kade Djaya Wirata berpendapat, reklamasi Teluk Benoa akan meningkatkan volume aktivitas di Bali, salah satu hasilnya nanti akan menambah macet lalu lintas. Dampak ekonominya belum tentu bisa dinikmati langsung oleh masyarakat Bali. Padahal, justru yang harus lebih difokuskan oleh pemerintah, adalah melakukan pembangunan masyarakat desa yang menjadi ujung tombak pelestarian adat dan pariwisata.

Kepada media setempat, ia. mengakui, pertumbuhan ekonomi Bali memang mampu tumbuh di atas nasional. Namun tidak merata dirasakan oleh masyarakat krama Bali. Tetapi justru lebih banyak dirasakan oleh pengusaha-pengusaha dari luar Bali dan usaha multinasional.

Dikatakan, pembangunan ekonomi Bali harus menitikberatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat krama Bali, bukan investor dari luar Bali. Sehingga, harapan untuk melestarikan adat dan budaya Bali akan lebih mudah dilakukan. Memang, menurut prediksi Perwakilan BI wilayah III Bali dan Nusa Tenggara, pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara tahun 2014 ini mencapai 6,05 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Namun, pertumbuhan ini terutama dari sektor pariwisata. Padahal, tidak semua masyarakat Bali hidup dari pariwisata, khususnya kaum tua-tua yang hidupnya tradisional hanya dari hasil bertani, nelayan, berdagang dll. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS