Saatnya Harga Barang Sama di Seluruh Indonesia

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

ilustrasi

ilustrasi

MAHALNYA biaya logistik di Indonesia menekan daya saing. Biaya logistik mencerminkan prestasi suatu bangsa. Makin tinggi prestasi suatu bangsa, makin murah biaya logistiknya. Biaya logistik mencakup biaya proses yang meliputi, biaya pengiriman bahan baku, pengolahan bahan baku, dan pengiriman barang ke konsumen. Biaya pengiriman bahan baku dan biaya angkut barang ke konsumen sangat dipengaruhi oleh infrastruktur transportasi. Penentuan harga barang di tingkat konsumen sangat dipengaruhi oleh biaya proses logistik

Sebagai negara kepulauan, biaya transportasi multimoda sangat memengaruhi pembentukan harga di tingkat konsumen. Lokasi konsumen yang makin jauh dari sentra produsen akan membeli barang dengan harga yang lebih mahal. Sebagian besar produsen manufaktur, bahan bangunan, dan keperluan rumah tangga, terkonsentrasi di Pulau Jawa, sehingga masyarakat setempat lebih menikmati harga barang yang murah. Pada sisi lain, masyarakat di Kawasan Indonesia Timur membeli barang dengan harga lebih mahal.

Dengan 13.000 pulau, mestinya transportasi multimoda menjadi andalan utama lalu lintas barang di Indonesia. Artinya, integrasi moda darat dan laut harus diupayakan optimal supaya lalu lintas barang lebih efisien. Ironisnya, biaya logistik menjadi sumber masalah yang menyebabkan harga barang mahal di tingkat konsumen.

Akhir-akhir ini, biaya angkut barang dengan moda laut sudah menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data INSA, 2007, tarif pengiriman kontainer rute Jakarta-Belawan berkisar Rp 7-8 juta per TEUs . Tapi, sekarang turun menjadi Rp 4-4,5 juta per TEUs. Penurunan tarif angkut barang bukan karena didorong oleh penurunan tarif bongkar-muat maupun peningkatan produktivitas pelabuhan, tapi karena meningkatnya volume perdagangan dan penggunaan kapal yang lebih besar.

Penurunan tarif angkut barang di sisi laut tidak diikuti penurunan tarif di sisi darat. Biaya angkut logistik di sisi darat sangat dipengaruhi oleh tarif bongkar-muat di pelabuhan, kerusakan infrastruktur di daratan, pungutan liar, dan kemacetan di jalan raya.

Biaya Proses Logistik

Pembentukan harga barang di tingkat konsumen sangat dipengaruhi oleh biaya proses logistik. Barang yang bernilai tinggi tidak sensitif terhadap tarif pelayanan angkutan logistik di laut dan darat. Sayangnya, kebanyakan barang yang diangkut bernilai rendah, sehingga biaya angkut logistik sangat sensitif terhadap jarak, biaya pelayanan, dan kualitas infrastruktur transportasi dan berbagai pungutan liar.

Berdasarkan hasil survei penulis sebagai peneliti dan pelaku selama tiga tahun mengirim pakaian dari Tanah Abang ke wilayah Kalimantan Timur ternyata biaya angkut pakaian dengan berat minimal 60 kg hanya sekitar 4 persen dari harga pakaian. Demikian juga biaya angkut pakaian ke Kawasan Indonesia Timur lainnya relatif tidak jauh berbeda.

Pelayanan pelabuhan di Indonesia menjadi titik kritis integrasi multimoda. Biaya operasional transportasi logistik membengkak di pelabuhan, karena macam-macam tarif. Ketidak-efisienan pelabuhan bersumber dari berbagai hal, antara lain, kapal mengantre terlalu lama dan pelayanan bongkar-muat barang tidak berjalan optimal. Produktivitas bongkar muat barang relatif rendah, karena keterbatasan infrastruktur, dan suprastruktur.

Biaya logistik yang mahal menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga biayanya harus ditekan. Untuk menurunkan biaya angkut logistik tersebut pemerintah harus melakukan berbagai terobosan. Pertama, pemerintah harus fokus pada penurunan tarif pengiriman barang di sisi daratnya. Kedua, menekan beragam tarif pelabuhan di seluruh Indonesia. Ketiga, mengurangi kepadatan di Pelabuhan Tanjung Priok dengan memaksimalkan pelabuhan di sekitarnya, seperti Marunda, Dry Port Cikarang, Cirebon, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak. Keempat, membangun banyak sentra produksi barang di Kawasan Indonesia Timur, sehingga kapal pergi-pulang dengan kapasitas penuh.

Karena menyangkut kepentingan hidup orang banyak, pemerintah baru yang terpilih pada pilpres 9 Juli mendatang harus memprioritaskan penurunan biaya logistik, sehingga masyarakat dapat menikmati harga barang produk domestik yang relatif sama di seluruh wilayah Indonesia. ***

(Penulis, Dosen Teknik Sipil UKI dan Pendiri Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS