Sepi Ing Pamrih

Loading

Oleh: Edi Siswoyo

Ilustrasi

Ilustrasi

DRAMA reshuffle usai sudah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pekan lalu, mengakhirinya dengan mengumumkan hasil penataan kembali Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Di dalam penataan yang disertai restrukturisasi kementerian itu, ada menteri yang tetap dipertahankan, ada yang digeser dan ada yang diganti. Perombakan itu bernuansa pamrih bagi-bagi kekuasan menuju Pemilu 2014.

Pesiden SBY telah menggunakan hak prerogratifnya dengan menunjuk 7 orang menteri baru dan satu orang pejabat–Kepala Badan Inteljen Negara–setingkat menteri. SBY menggeser 4 orang menteri, mengangkat 11 orang wakil menteri baru dan menggeser 2 orang wakil menteri lama. Jumlah wakil menteri 19 orang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Keuangan masing-masing memiliki 2 wakil menteri.

Restrukturisasi dilakukan pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang dirubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jumlah kementerian tetap 34 dengan 18 orang menteri dari kalangan politisi dan 16 orang dari kalangan profesional.

Hasil penataan KIB II telah dilantik dan diambil sumpahnya oleh Presiden SBY Rabu pekan lalu. Tentu saja pada pelantikan itu ada yang bergembira, ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang kecewa. Dan, yang pasti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD) kehilang satu orang menteri dari 4 orang menjadi 3 orang.

Sebenarnya reshuffle sebagai peritiwa biasa di dalam sistem kabinet Presidensial. Tapi, kali menjadi “luar biasa” karena ada kontroversi yang dilakukan Presiden SBY. Kontroversi itu pelanggaran komitmen kontrak politik PKS antara PKS dengan Presiden SBY dan penambahan wakil menteri yang akan menambah beban berat mesin birokrasi pemerintah.

Sejumlah tokoh lintas agama telah menyatakan keprihatinannya yang tertuang dalam “Surat Terbuka kepada Rakyat”. Para pemimpin agama merasa sudah kehabisan kata-kata melihat kondisi bangsa yang dilanda korupsi, dililit biaya pendidikan yang kian mahal, menurunnya rasa aman rakyat dan kerusakan lingkungan hidup di mana-mana.

Saya hanya seorang warga negara biasa. Masih memiliki sedikit harapan mudah-mudahan hasil reshuffle tidak membuat kapal KIB II oleng karena pamrih politik. Tentu, harapan itu ada syaratnya nahkoda dan awak kapal harus sedikit bicara banyak kerja seperti ungkapan bahasa Jawa sepi ing pamrih rame ing gawe mengarungi samudra menuju pantai harapan rakyat***

CATEGORIES
TAGS