Struktur Industri Dasar Belum Kuat

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin, Panggah Susanto

Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin, Panggah Susanto

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Agar Indonesia memiliki industri yang kuat dan mandiri, termasuk menghadapi Pasar Tunggal Asean yang akan diberlakukan 31 Desember 2015, struktur industri dasar sebagai fundamen industri mendesak untuk diperkuat sehingga dengan demikian, Indonesia di masa mendatang memiliki sekktor industri yang kuat dan tangguh.

Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin, Panggah Susanto mengatakan hal itu dalam obrolan dengan tubasmedia.com di ruang kerjanya, pekan silam. ‘’Struktur industri dasar kita masih belum kuat, masih ada yang bolong-bolong,’’ jelasnya.

Penguatan industri dasar, khususnya logam dan petro kimia katanya teramat penting guna menunjang industri lanjutan, misalnya kapal, permesinan dan industr pembuatn peralatan pabrik. Jika industri dasarnya tidak memiliki struktur yang kuat, maka industri lanjutannya-pun sulit diharapkan menjadi kuat apalagi mandiri.

Industri logam menurutnya hingga kini masih bolong-bolong dengan artinya masih banyak kandungan industrinya yang masih tergantung impor. ‘’Itulah yang kita artikan sebagai bolong-bolong dan bolong-bolong di industri baja itu terpaksa harus kita tambal dengan mengimpor bahan bakunya,’’ jelas Panggah.

Namun untuk industri petrokimia katanya relatif sudah terisi semua kendati kapasitasnya perlu ditingkatkan.

Akan tetapi akhir-akhir ini langkah pasti untuk mengurangi ketergantungan impor sudah dijalankan. Sejumlah investor telah menginves di Indonesia dengan nilai puluhan miliar dolar AS dan bila semua unit usaha itu beroperasi komersil, bolong-bolong yang tadi akan dapat tertutupi.

‘’Selain bolong-bolongnya bisa kita tutupi, kita perkirakan Indonesia nanti juga akan melakukan ekspor;’’ tegasnya.

Menjawab pertanyaan disebut, misalnya nilai impor industry hulu petrokimia yang sekarang mencapai angka US$ 7 hingga US$ 8 miliar, dengan telah adanya proyek baru, nilai impor akan dihenatikan bahkan kita akan ekspor.

Demikian juga industr dasar lainnya yang besaran impor selama ini mencapai angka US$8 miliar, aklan bisa ditutupi sedangkan di logam yang nilai impornya sebesar US$18 miliar, akan segera terhenti.

‘’Semuanya itu akan terwujud dengan catatan bila semua proyek baru yang kini dibangun di Indonesia, sudah berproduksi komersial. Indonesia tidak lagi negara pengimpor, tapi sudah menjadi negara pengekspor bahan-bahan industri dasar. Dan itulah langkah serta kesiapan untuk menghadapi Pasar Tunggal Asean,’’ tegasnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS