Sutra Wajo Butuh Sentuhan Desainer

Loading

Laporan : Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

WAJO, (Tubas) – Selepas menyelesaikan pendidikan di SLTA, Darni memilih tidak akan melanjutkan pendidikannya lagi. Pasalnya, ia ingin mengabdikan dirinya untuk membantu keluarga melalui pertenunan kain sutra.

Darni tidak seorang diri menekuni profesi sebagai penenun kain sutra. Akan tetapi ada sekitar 10.000 warga di desa Soppeng dan Sengkang Sulawesi Selatan yang mencari makan melalui pertenunan kain sutra. Pekerjaan itu dilakukan daru hulu hingga hilir yakni sejak dari beternak ulat sutra yang menjelma menjadi kepompong (kokon) kemudian memintal benang dan seterusnya menenun menjadi kain.

Satu bulan paling banyak bisa ditenun dua lembar sarung yang setiap hari jam kerjanya dari 08.00 hingga 17.00. Ditanya kemana saja produknya dipasarkan, Darni hanya tersenyum. “Kami tidak kenal siapa pembelinya. Cuma setiap bulan dua lembar itu kami jual tidak lebih dari satu juta rupiah. Bahkan kadang-kadang di bawah satu juta,” jelasnya.

Diakui oleh Darni, desain sarung sutra yang mereka produksi sama sekali tidak pernah disentuh oleh desainer. Karena itu, mereka khawatir kalau-kalau produk mereka suatu waktu akan sulit menembus pasar yang lebih luas lagi karena tidak adanya pengembangan mutu dan desain.

Mendengar uraian itu, Staf Ahli Bidang Pemasaran dan P3DN, Menteri Perindustrian, Fauzi Azis, mengatakan mutu dan desain industri tekstil, khususnya sutra dari Sulawesi Selatan adalah dua hal yang harus diperhatikan secara serius.

Para pengrajin kain tenun sutra tersebut jangan dibiarkan berjalan sendiri, akan tetapi perlu didampingi secara terus menerus. Pendampingan penanganan mutu dan desain teramat penting agar produk hand made jangan kalah bersaing dengan negara tetangga.

Fauzi menyebut sutra hand made Cina dan Taiwan berkembang cukup pesat karena keterlibatan pemerintah memberi bantuan edukasi dan advokasi. “Pola-pola pembinaan yang terkelola rapi sangat dibutuhkan dan sangat punya arti guna mengembangkan kain sutra hand made yang sifatnya customize,” katanya.

“Tapi pertanyaan saya,” lanjut Fauzi, “siapa yang menjembatani antara kepentingan produksi dengan kepentingan pasar. Di sini perlu tenaga yang sangat profesional dan yang tidak birokrat.” (sabar)

TAGS

COMMENTS