Tantangan Utama Indonesia adalah Kesiapan SDM

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

SERIUS – Suasana pada seminar ‘’Penguatan Industri Perkapalan Melalui Peningkatan Kemampuan Teknologi dan Kompetensi SDM yang Berorientasi Pada Produktivitas Tinggi’’ di Jakarta, Selasa, terlihat para peserta serius mengikuti jalannya seminar. –tubasmedia/com/sabar hutasoit

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Dengan diberlakukannya Pasar Tunggal ASEAN (PTA) 2015, maka dapat dipastikan akan terjadi liberalisasi dalam berbagai sektor. Liberalisasi ini mulai dari barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal dengan tujuan untuk peningkatan daya saing.

Hal itu diungkapkan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT), Kementerian Perindustrian, Budi Damadi pada Seminar Nasional bertema ‘’Penguatan Industri Perkapalan Melalui Peningkatan Kemampuan Teknologi dan Kompetensi SDM yang Berorientasi Pada Produktivitas Tinggi’’ di Jakarta, Selasa.

Panitia menghadirkan empat pembicara masing-masing Direktur Pusat Teknologi Industri Proses BPPT, Dr Nadirah MSc. Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Prof Dr Ir Eko Budi Djatmiko MSc, FRINA, Ketua Umum IPERINDO, Ir Tjahyono Rusdianto, praktisi industri perkapalan, Dr Ir Buana Ma’ruf MSc, MM, MRINA dipandu moderator Ir David Hutasoit MSc.

Dengan demikian menurut Budi, kondisi itu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia karena 240 juta jiwa penduduk ASEAN merupakan warga negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa 40 persen penduduk ASEAN adalah bangsa Indonesia dan jika Indonesia siap secara SDM, maka diprediksi SDM Indonesia bisa menjadi pemain utama di ASEAN.

Tantangan utama dari bangsa Indonesia sekarang adalah SDM yang mampu untuk mencapai visi 2025 dan bagaimana mempersiapkan stabilitas ekonomi, politik dan daya saing untuk menghadapi PTA 2015.

Sebagai perbandingan dengan negara-negara ASEAN lainnya, katanya dapat dicernati bahwa data daya saing Indonesia menurut The Global Competitiveness Report 2013-2014 oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia masih tertinggal dengan Malaysia, Thailand, Singapura dan Brunei Darussalam.

Selain itu, data dari APO (Asean Productivity Organization) menunjukkan dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3 % yang teranpil sedangkan Philippina 8,3 %, Malaysia 32,6 % dan Singapura 34,7 %.

Merujuk kepada data-data tersebut, Budi mengatakan Indonesia mempunya pekerjaan rumah yang besar untuk menyiapkan SDM dari segi kecakapan, penguasaan teknologi, kemampuan komunikasi, daya saing dan kemampuan bekerjasama dalam tim. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS