Terpanggil Memelihara Keunggulan Lokal

Loading

Laporan: Redaksi

Alat musik sasando

Alat musik sasando

PADA acara resepsi pernikahan putra Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 26 Agustus 2012, Shella tampil memainkan alat musik sasando. Berkat kepiawaiannya memainkan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur itu, Shella Indriani mampu memukau hadirin.

“Saya begitu bangga saat itu. Ya, karena begitu banyak tamu yang hadir mengarahkan perhatian dan melemparkan senyum ke saya, termasuk Bapak Presiden SBY,” ujar Shella.

Saat itu, Shella melepaskan total kemampuannya memetik sasando. Ia tak mau mengecewakan tuan rumah pesta dan seluruh tamu yang menyaksikannya. Apalagi, dia menyadari, musik sasando lagi tenar, tidak saja pada tingkat nasional, juga internasional.

“Ini merupakan salah satu ikon yang mengharumkan nama NTT ke tingkat dunia. Dan kalau sampai wakil menteri mengundang kita untuk membawakan musik tersebut pada acara keluarganya, itu berarti beliau sangat menghargai kehadiran alat musik tersebut, yang berarti pula beliau sangat menghargai daerah asal musik itu,” ujarnya.

Meski baru berusia pelajar SMP, kemampuan Shella bermain sasando sudah teruji. Ia kerap diundang ke berbagai event penting, baik di Tanah Air mau pun luar negeri. Di Tanah Air, misalnya, dia sering tampil di Jakarta dan Bali serta beberapa kota lainnya.

Setahun lalu, 2011, bersama INO (Indonesia National Orchestra), grup yang terdiri dari beberapa musik daerah di Indonesia, Shella tampil di Australia. Di sana dia mendapat kesempatan untuk tampil di tiga kota ternama, yaitu Melbourne (29 September), Canberra (6 Oktober), dan Sydney (9 Oktober).

“Amat menyenangkan selama saya berada di sana (Australia). Saya bangga, betapa orang-orang di sana begitu antusias menyambut musik sasando ini. Setiap kali saya selesai tampil, banyak orang yang datang menyalami saya, sampai-sampai saya sendiri agak gugup juga,” katanya.

Tekun dan Bersabar

Shella mengaku, pertama kali belajar memainkan alat musik sasando saat dia duduk di kelas 5 SD. Saat itu, ayahnya Nicodemus Tenis, yang juga akrab dengan musik sasando, sering duduk di salah satu pojok rumah mereka di Binong, Tangerang, sambil memetik sasando.

Setiap ayahnya memainkan musik tersebut, Shella selalu melihat dan mendengarnya. Pada suatu waktu dalam hati Shella timbul rasa penasaran, ingin tahu memainkan musik itu. Maka, ketika ayahnya ke luar rumah, Shella mendekati alat musik sasando dan mencoba memainkannya.

“Namun, ketika saya coba memetik, saya bingung karena saya tidak bisa memainkannya. Karena Papa bermain dengan dua tangan, maka saya pun mencoba bermain dengan kedua tangan saya. Ternyata bunyi nada yang dihasilkan tidak beraturan,” ujarnya.

Begitu ayahnya kembali, Shella minta diajari memainkan sasando. “Papa pun akhirnya mengajari saya. Pertama sekali Papa memberitahu saya not-not yang ada dalam musik tersebut. Setelah itu, Papa memberi teks lagu yang ada not-nya,” ceritanya.

Setelah itu, Shella mulai serius memelajari sasando. Dia mengaku, saat pertama kali belajar, terasa sulit. Memetiknya tidak gampang, padahal perasaannya begitu kuat untuk cepat-cepat mahir, seperti ayahnya. Mengingat belajar memainkan alat musik tersebut membutuhkan ketekunan dan kesabaran, Shella pun melakukannya. Ayahnya selalu menguatkannya. “Kata Papa waktu itu, kalau sudah biasa memainkannya tidak akan sulit,” kisahnya.

Didorong oleh keinginannya yang kuat dan ditambah dukungan sang ayah, Shella terus belajar memetik dawai sasando. Ia tidak pernah putus asa dan bosan memainkannya. “Satu lagu mungkin saya habiskan selama 2-3 hari. Itu pun tergantung lagunya,” tandasnya.

“Akhirnya saya lulus belajar dan bisa memainkannya pada saat saya kelas 6 SD,” ujarnya.

“Saya senang karena sudah mampu memainkan alat musik sasando. Dari situlah saya merasa memiliki talenta yang istimewa memainkan alat musik ini,” ujarnya.

Selalu Sukacita

Karena sudah cukup bisa memainkan sasando, setiap kali memainkannya hati Shella selalu senang dan sukacita. Ia merasa punya kelebihan. “Ini semua karena Tuhan melalui Papa dan Mama. Terutama Papa yang sabar dan terus mengajari saya. Saya bersyukur bisa menyatu dengan musik itu,” tandasnya.

Bagi Shella, banyak manfaat musik sasando. Selain sebagai bagian dari kegiatan ekonomi, juga bisa menghibur banyak orang. “Itulah sebabnya saya melihat musik ini sudah menjadi sahabat dalam hidup saya,” tuturnya.

Ketika pertama kali tampil memainkan sasando di depan banyak orang, beberapa tahun lalu, dia baru menyadari kalau ternyata jarang sekali orang bisa memainkan alat musik yang bahan dasarnya terdiri dari sepotong bambu, dawai, dan daun lontar.

Oleh karena itu, Shella menegaskan tekadnya untuk terus menekuni alat musik ini. Tekadnya itu juga didorong oleh keinginan memelihara warisan leluhur sekaligus menjadi kebanggaan nilai lokal Provinsi NTT. (stevie)

Biodata
Nama Lengkap : Shella Indriani
TTL: Tangerang, 23 Maret 1998
Nama orangtua :
Bapak  : Nicodemus Tenis
Ibu       : Sulastri Endang Fao’t
Anak ke-2 dari 4 bersaudara
Sekolah : SMPN 1 Kelapa Dua, Tangerang
Hobi: Berenang, bulu tangkis, membaca
Makanan kesukaan : Nasi goreng, ayam bakar

TAGS

COMMENTS