Ukuran Nozzle LCGC Diubah untuk Hemat BBM

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

BERBINCANG - Dirjen IUBTT Kementerian Perindustrian Budi Darmadi berbincang-bincang dengan Ketua Umum GAIKINDO Sudirman MR disaksikan Ketua IV GAIKINDO Rizwan Alamsjah seusai pertemuan Menteri Perindustrian dengan Direktur Utama PT Pertamina dan Pengurus GAIKINDO di Kementerian Perindustrian, baru-baru ini –tubasmedia.com/istimewa

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian dan PT Pertamina (Persero) sepakat mengubah ukuran nozzle di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk disesuaikan dengan lubang tangki bahan bakar mobil hemat bahan bakar dengan harga terjangkau (low cost and green car/LCGC).

Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan polemik tentang LCGC yang dianggap meningkatkan penggunaan BBM bersubsidi. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pihaknya tengah menyiapkan aturan teknis untuk pengisian BBM mobil LCGC.

Menurutnya, semua sistem yang direncanakan untuk menjalankan program ini sudah berjalan dengan baik. Hanya saja, masalah penggunaan BBM nonsubsidi sering dipersoalkan oleh banyak pihak.

“Tadi saya sudah bicara dengan Dirut Pertamina Karen Agustiawan, dia sudah sepakat untuk mengubah nozzle. Nanti saya mau pertemukan dia dengan Gaikindo dan APM untuk bicara secara formal bagaimana dijalankannya nanti,” kata Hidayat di Kemenperin, kemarin.

Secara teknis, nozzle akan disesuaikan dengan lubang tangki bensin mobil LCGC. Produsen mobil LCGC sendiri juga akan diwajibkan membuat lubang tangki bensin yang sesuai dengan BBM nonsubsidi.

“Kalau produk yang sudah di pasaran ya sudah, ke depan produksi mobil LCGC selanjutnya akan disesuaikan,” kata Hidayat.

Dia meyakini cara ini cukup efektif untuk menyelesaikan masalah yang selama ini ramai diperbincangkan. Ketika ditanya, apakah memungkinkan PPnBM ini dicabut bila tak ada solusi soal penggunaan BBM bagi mobil LCGC, Hidayat mengatakan pengenaan PPnBM ini membuat produsen lebih mandiri dan meningkatkan investasi di dalam negeri.

“PPnBM itu kan diberikan kepada pembelinya, kalau produsennya itu membayar semua kewajibannya. Jadi, kompensasi pembeli dikasih PPnBM, si produsen disuruh membuat industri di sini agar mandiri, agar menarik, dari fiskal cukup bagus,” ujar Menperin.
Bahkan, kata Hidayat, sejak awal Kementerian Keuangan tidak keberatan dengan pemberian insentif PPnBM kepada LCGC. “Sebab dia tahu, dengan PPnBM dibebaskan akan merangsang produsen bangun industri, itu akan menambah pajak.”

Sebagai program nasional, LCGC ditujukan mewujudkan kekuatan industri otomotif yang tangguh. Oleh sebab itu, pemerintah menjamin pasar bagi LCGC dengan menghapus PPnBM untuk dinikmati konsumen. Sejak dirancang dan dirilis, LCGC sudah diperhitungkan secara nasional.

Saat ini, mobil LCGC yang diproduksi Astra, yakni Ayla (ADM) dan Agya (Toyota), menurut Hidayat, telah menerapkan standar tersendiri untuk produknya. Standar itu yakni ukuran lubang tangki BBM yang dibuat lebih kecil dari biasanya. Hal itu sebagai pengingat bagi konsumen LCGC Astra agar mengonsumsi BBM nonsubsidi.

“Mereka sudah mengantisipasi dari awal. Tadinya, mereka mau mempublikasikan itu sebagai standar LCGC Astra. Tapi, tidak jadi sampai akhirnya muncul soal BBM ini. Saya bilang, bagaimana supaya itu bisa diterapkan semua, mereka bilang akan dibicarakan,” katanya. (sabar)

TAGS

COMMENTS