Wisata Danau Toba Dilihat dari Bali

Loading

Oleh: Anthon P Sinaga

ilustrasi

ilustrasi

BERBAGAI obyek wisata di seputar Danau Toba sebenarnya tidak kalah banyaknya dengan yang ada di Bali. Apalagi kalau digabung dengan pantai timur dan pantai barat Provinsi Sumatera Utara. Seperti Pantai Cermin di timur dan pantai Tapian Nauli sampai Barus di bagian barat.

Hanya karena Provinsi Bali lebih pintar menata dan merekayasa lingkungannya, sehingga bisa lebih menarik. Yang lebih utama dan paling menonjol lagi, adalah kemauan baik dari seluruh penduduknya untuk membangun rasa simpati kepada para pengunjungnya.

Di enam kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, yakni Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbahas, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir yang berada di tengah danau, teramat banyak obyek wisata yang bisa dikembangkan. Antara lain berbagai obyek wisata religi, keajaiban alam, seni budaya, wisata kuliner dan belanja produk kerajinan tradisional, dll.

Di Kabupaten Samosir saja, berbagai keajaiban alam bisa dijual kepada wisatawan apabila dikelola dengan baik. Misalnya di Gunung Pusuk Buhit ada tempat yang dikeramatkan. Ada mata air suci di atas bukit dan pohon jeruk purut yang berbuah tidak pada musimnya.

Di kaki bukit sebelah timur ada tempat penyimpanan harta karun yang dinamai Batu Hobon. Ke sebelah utara, ada sumber mata air belerang (hot spring). Di bagian barat ada tujuh mata air dengan tujuh rasa, sebagai tempat mandi para putri penguasa daerah zaman dulu. Ada juga tempat mandi khusus untuk kaum lelaki menantu. Semuanya punya cerita atau legenda yang legendaris dan layak jual.

Seperti halnya di Pura Tirta Embul di dekat Istana Tampaksiring di Bali, para pengunjung tertarik mandi air suci dari 30 pancuran. Mungkin di tujuh pancuran atau mata air di Limbong, Samosir tersebut, tidak kalah sucinya dengan Tirta Embul kalau ditata dengan baik. Ini hanya contoh kecil, belum lagi berbagai kajaiban alam dan tempat-tempat pemujaan di lima kabupaten lainnya.

Pengunjung ramai-ramai ke Monkey Forest atau Uluwatu di Bali, hanya untuk menyaksikan kera-kera atau monyet-monyet bergelantungan di pohon-pohon, padahal seseorang penduduk Parapat, pernah memelihara puluhan monyet di Harangan Ganjang di perbukitan Parapat yang bisa menarik wisatawan, justru tidak didukung pemerintah kabupaten setempat.

Demikian pula obyek wisata religi di Uluwatu atau Tanah Lot di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan, sedangkan di Silindung ada wisata religi buatan seperti Salib Kasih di Tarutung, atau Taman Rohani di Sidikalang. Di daerah pegunungan Porsea juga ada wisata religi agama asli Batak, yakni Parmalim, yang tidak kalah syahdu dan menariknya bagi wisatawan.

Pusat-pusat kerajinan dan seni budaya di Ubud dan sekitarnya di Bali, sebenarnya bisa diciptakan dan dikoordinir di sejumlah tempat di enam kabupaten seputar Danau Toba, seperti perajin ukir-ukiran, perajin alat musik kecapi dan gitar, maupun perajin tenun. Mungkin ada lagi kawasan seni lukis dan seni rupa. Pertunjukan opera dan tortor sigale-gale, juga bisa disajikan secara teratur. Sehingga, apa yang digandrungi wisatawan di Bali, hampir semuanya ada dan bisa dipamerkan di seputar wilayah Danau Toba atau diperluas ke Sumatera Utara untuk obyek-obyek wisata pantai.

Pengelola budaya dan pariwisata Sumatera Utara tidak perlu jauh-jauh studi banding ke luar negeri, cukup ke Bali saja, sekaligus untuk menggali inspirasi. Namun, yang paling utama dicontoh adalah pembangunan infrastrukturnya yang bagus di seluruh kabupaten di Provinsi Bali dan mungkin tidak ada korupsi untuk dana-dana pembangunan jalan dan kelengkapan prasarana jalan dan transportasi di sana.

Semua jalan wisata mulus dan hampir tidak ada hambatan. Setiap kabupaten berperan dan bertanggungjawab pada pengelolaan obyek wisata di wilayahnya dan juga melibatkan warga banjar-banjar dan desa-desa, yang saling menghidupi dan merasa ikut memiliki.

Kapan kawasan Danau Toba bisa seperti tujuan wisata Bali, tergantung dari kapan ada kesadaran dan keprihatinan pemimpin Sumatera Utara, khususnya tingkat kesinergian pemimpin-pemimpin wilayah enam kabupaten seputar obyek wisata Danau Toba untuk bangkit dari tidurnya.

Khusus untuk menata kehidupan dan perilaku masyarakat Sumatera Utara, khususnya masyarakat enam kabupaten seputar Danau Toba sadar wisata, memang memerlukan penanganan yang intensif. Tetapi bukan hal yang sulit, apabila para pemimpinnya bisa memberikan keteladanan.

Berikan kursus-kursus dan penyuluhan yang baik tentang wisata. Libatkan pemimpin formal dan informal, pemimpin agama dan pemimpin kampung dan marga, untuk membimbing warganya. Umumnya penduduk di wilayah ini adalah masyarakat paternalistik yang menurut pada sifat-sifat pemimpinnya. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS