Berkurban

Loading

Oleh : Edi Siswoyo

Ilustrasi

Ilustrasi

PENDUDUK planet bumi ini sebagian masih hidup dalam kekurangan. Di Indonesia saja diperkirakan ada sekitar 30 juta jiwa yang tergolong miskin. Kantong-kantong kemiskinan yang tersebar di mana-mana tidak terlepas dari sistem ekonomi yang mengedepankan persaingan. Realitas itu membuka luas bagi pengembangan sikap solidaritas kemanusiaan dalam merayakan hari raya Idul Adha.

Di dalam pelaksanaan hari raya Idul Adha ada dua kegiatan penting yaitu ibadah haji di Mekah dan ibadah penyembelihan hewan kurban. Kedua ibadah itu bermakna bagi peningkatan semangat mengorbankan sebagian harta yang kita miliki untuk kepentingan ilahiah dan kemanusiaan. Kedua ibadah itu memiliki dimensi vertikal yaitu ketakwaan kepada Allah SWT dan dimensi horizontal yakni komitmen solidaritas kemanusiaan.

Idul Kurban selain menciptakan rasa religiusitas individual, pemaknaan pun perlu diaktualisasikan kepada sesama, tidak hanya pada saat kita merayakan hari raya Idul Adha juga dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ibadah kurban dan ibadah haji meneguhkan semangat berkorban yang semakin dirasakan mendesak ketika kita dihadapkan pada kenyataan melebarnya berbagai ketimpangan sosial dan ekonomi.

Tidak hanya itu. Aktualisasi Idul Adha juga menemukan momentum ketika gelombang cara hidup hedonis yang membuncah, sensitivitas kepada kepentingan rakyat yang menipis, kekerasan yang banyak terjadi dan korupsi yang merajalela.

Idul Adha merupakan momentum untuk menjawab berbagai realitas itu. Idul Kurban menjadi momentum membangun sikap dan aksi sosial untuk mengembangkan kehidupan bertenggang rasa dengan berbagai ketimpangan yang ada di sekitar kita.

Ada baiknya kalau aktualisasi makna Idul Adha kita jadikan sebagai upaya untuk memperkaya sikap dan aksi bersama yang menyatu dalam keseharian hidup bersama. Maka, semangat berbagi dalam nuansa semangat berkurban menjadi lebih bermakna bagi kita sebagai penduduk planet bumi yang semakin tua ini! ***

CATEGORIES
TAGS