BM Gandum Bebas, Tepung Singkong Dipajaki

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Luas lahan pertanian Indonesia dinilai yang terbesar di dunia dan di era 1990-an Indonesia mampu mengekspor kedelai dan sapi. Tapi entah kenapa, saat ini malah doyan impor pangan.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance Indonesia (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, setidaknya ada enam alasan kenapa produksi pangan di Indonesia menurun.

“Lahan pertanian Indonesia itu terbesar. Di 1990-an, Indonesia sempat melakukan ekspor sapi, namun kondisi sekarang malah terbalik. Di 2011 Indonesia bakal diprediksi impor pangan,” tutur Enny dalam jumpa pers di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (1/3/2011).

Keenam faktor penyebab penurunan produksi pangan Indonesia adalah: Anggaran untuk fungsi pertanian rendah hanya 0,9% dari APBN-P atau 10,16 triliun, Pembiayaan sektor pertanian kecil, Pengalihan lahan produktif pertanian. Selama 2007-2010 mengalami penyusutan 600 ribu hektare.

Konversi hanya 50 ribu hektare. Padahal amanat pasal 44 UU No.41 tahun 2009, maksimal konversi lahan selama 12 bulan harus diganti, Ketidakadaan lembaga stok nasional, Kebijakan pembebasan bea masuk impor beras inkonsitensi kebijakan pangan dan Pemerintah memberikan pajak ke tepung singkong, tapi membebaskan bea masuk impor gandum.

“Diperkirakan Indonesia akan impor beras pada 2011 sebesar 1,7 juta ton. Impor kedelai 70% dan garam 50% dari kebutuhan nasional. Padahal luas pantai sampai ribuan kilometer. Pada 1992 kita swasembada kedelai,” tutur Enny.

Dia pun juga mempertanyakan, pemerintah dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indonesia mengalami surplus beras di 2010. “Jika benar kita surplus, harusnya suplai lebih besar daripada demand, dan mestinya harganya turun. Sekarang harga pangan naik 15%,” tukas Enny. ***

CATEGORIES
TAGS