Danau Toba, Kawasan Strategis Pariwisata

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

DANAU Toba ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai satu dari 16 kawasan strategis pariwisata nasional yang menarik banyak wisatawan domestik dan mancanegara. Danau Toba masih menyimpan potensi yang sangat besar sebagai destinasi wisatawan domestik dan mancanegara tetapi belum di optimalkan karena masalah lingkungan dan aksesibilitas.

Kawasan Danau Toba saat ini mempunyai dua masalah serius yang harus segera dibenahi jika ingin meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Pertama, pencemaran air sebagai dampak negatif budidaya masyarakat yang kurang terkendali. Kedua, aksesibilitas lewat jalur darat dari Medan ke Kawasan Danau Toba dengan waktu tempuh 7 jam. Kedua masalah ini harus segera dibenahi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara mengunjungi Kawasan Danau Toba.

Untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Kawasan Danau Toba, berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah bersama pihak swasta seperti menggelar Pesta Danau Toba. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana promosi wisata tetapi hasilnya tidak maksimal karena masalah aksesibilitas ke Kawasan Danau Toba. Masalah ini harus dicari solusinya, antara lain membuka penerbangan langsung ke Kawasan Danau Toba.

Informasi dari berbagai sumber bahwa 25 persen dari jumlah penumpang pesawat Jakarta-Medan melanjutkan perjalanan ke wilayah Tapanuli Utara, Toba Hasundutan, Samosir dan Parapat. Artinya, jika tersedia penerbangan langsung dari Jakarta ke Bandara Silangit, maka penerbangan tersebut memenuhi skala ekonomis. Apakah dilakukan penerbangan langsung, transit di Kuala Namu atau di Pekanbaru, yang penting bagi wisatawan dan penumpang adalah waktu tempuhnya singkat dan biayanya murah.

Infrastruktur

Kawasan Danau Toba bisa di akses melalui transportasi darat dan udara. Perjalanan wisata ke Kawasan Danau Toba dengan kendaraan bermotor semakin jauh dari rasa nyaman karena akhir-akhir ini rute Medan-Parapat sering dilanda kemacetan. Akses melalui jalur udara masih terbatas dari faktor kapasitas pesawat dan frekuensi penerbangan. Frekuensi penerbangan hanya 1 penerbangan per hari dengan kapasitas pesawat 12 tempat duduk. Sebagai info, pemerintah daerah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan masih memberlakukan subsidi untuk dua “seat” tiap kali jadwal penerbangan. Walaupun di subsidi, harga tiket masih dianggap mahal oleh penumpang pesawat.

Berdasarkan survey pengguna jasa penerbangan Bandara Silangit-Polonia, transportasi udara dianggap merupakan pilihan tepat dan paling efisien, tetapi harga tiket pesawatnya relatif mahal jika dibandingkan ongkos menggunakan kendaraan lewat jalur darat. Peningkatan kapasitas Bandara Silangit, penggunaan pesawat berbadan lebar dan penerbangan langsung dari luar wilayah Sumatera Utara menjadi salah satu solusi untuk menekan harga tiket.

Pada awalnya, Bandara Silangit belum direncanakan Kementerian Perhubungan sebagai bandara yang harus ditingkatkan kapasitasnya. Yang masuk dalam perencanaan strategis Kementerian Perhubungan adalah Bandara Kuala Namu sebagai hub di Pulau Sumatera. Tetapi karena alasan perlunya mengembangkan potensi wisata Danau Toba yang sudah lama merana, maka Bandara Silangit dimasukkan sebagai bandara yang kapasitasnya segera ditingkatkan.

Untuk mempersiapkan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata, aksibilitas harus dibenahi segera. Aksesibilitas yang buruk akan mengurangi minat kunjungan wisata. Motivasi wisatawan hanya untuk berlibur dan bersenang senang dan bukan untuk berlelah lelah. Selain objek wisata, waktu tempuh dan biaya perjalanan menjadi dua variabel yang berpengaruh terhadap daya tarik suatu objek wisata.

Untuk memperpendek waktu tempuh dan mengurangi biaya perjalanan ke Kawasan Danau Toba, keberadaan Bandara Silangit sangat strategis. Kendalanya, Bandara Silangit belum dapat disinggahi pesawat berbadan lebar seperti pesawat Boeing 737 dan Airbus 320 sehingga tidak dimungkinkan penerbangan langsung yang layak secara ekonomis dari Jakarta dan bandara lainnya ke bandara tersebut.

Menurut Kemdephub, supaya bisa didarati, Bandara Silangit harus dipertebal 20 cm dan diperpanjang 150 m dari kondisi sekarang. Kemudian kawasan bandara harus dipagar keliling dan dilengkapi dengan infrastruktur pengisian bahan bakar pesawat. Jika Bandara Silangit dapat disinggahi pesawat berbadan lebar dan tersedia penerbangan langsung jurusan Jakarta-Silangit, Batam-Silangit, Singapura-Silangit, Malaysia-Silangit atau Jakarta-Silangit via Pekanbaru atau Kualanamu, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Kawasan Danau Toba akan meningkat.

Peningkatan kunjungan wisata akan mendorong industri pariwisata di Kawasan Danau Toba, antara lain: 1) pembangunan hotel-hotel baru, 2) meningkatnya pemasaran poduk makanan lokal seperti Kacang Sihobuk dan Kopi Lintong, 3) meningkatnya produk industri kreatif seperti ulos dan turunannya, 4) bertambahnya kesempatan kerja di sektor entertain bagi seniman lokal untuk mengisi acara di kafe-kafe dan hotel-hotel. Harus disadari bersama bahwa sektor industri pariwisata di Kawasan Danau Toba tidak hanya sekedar menjual atau mempromosikan keindahan alam Danau Toba tetapi juga perlu dipersiapkan dukungan budaya, infrastruktur yang memadai dan SDM yang berkualitas.

(Penulis adalah Dosen Teknik Sipil UKI dan Direktur Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS