Dua Film Dokumenter Indonesia Ikut “ChopShots 2012”

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Dari 13 judul film dokumenter Indonesia yang ingin ikut berkompetisi dalam program International Competition pada Film Festival Dokumenter se-Asia Tenggara ChopShots, hanya dua yang lolos, yaitu Denok & Gareng (Dwi Sujanti Nugraheni, 2012) dan The Land Beneath the Fog (Shalahuddin Siregar, 2011). Kedua film tersebut akan berkompetisi dengan film-film dokumenter dari negara Asia Tenggara lain mendapatkan penghargaan dan hadiah sebesar € 5.000.

Festival yang baru memulai edisi pertamanya itu, akan berlangsung pada 5-9 Desember 2012 di beberapa tempat sekaligus: Goethe Haus Jakarta, kineforum, TIM XXI, dan Binus International Film School.

Dalam kategori SEA Best Shorts Competition (film pendek), Death in Jakarta Reloaded (Ucu Agustin, 2012), Fight Like Ahok (Chandra Tanzil dan Amelia Hapsari, 2012), Love Letter to the Soldier (Wenda Tokomonowir, 2011), dan The Hills are Alive (Steve Pillar Setiabudi, 2011) mewakili Indonesia. Film-film tersebut akan bersaing dengan 17 film dari negara lain. Pemenang pertama kategori ini akan mendapatkan hadiah sebesar € 3,000 dan pemenang kedua mendapatkan € 1,500.

Rabu (21/11) lalu, di Jakarta, Direktur Eksekutif Festival ini, Mai Lan Thai, mengatakan, banyak film dokumenter di Indonesia dan aktivitas dokumenter di sini bisa dikatakan cukup aktif. Masuknya beberapa film Indonesia di program kompetisi menunjukkan bahwa dokumenter Indonesia cukup baik.

“Namun, dari semua film Indonesia yang didaftarkan, ada kecenderungan mereka memiliki potongan-potongan yang sama. Saya tidak tahu, apakah karena ada satu film dokumenter yang bagus, kemudian beberapa yang lain mencoba mengikuti cara yang sama,” ujar Mai Lan Thai.

Selain film terbaik berdasarkan penilaian juri, akan ada hadiah sebesar € 500 untuk film yang mendapat dukungan penonton paling banyak.

Selain itu, ada pula beberapa film Indonesia yang diputar dalam program non-kompetisi, yakni Children of Srikandi (The Children of Srikandi Collective, 2012), Metamorfoblus (Dosy Omar, 2011), We Walk and We Rock Together (Kamerad Edmond, 2012), dan Lukas’ Moment (Aryo Danusiri, 2005).

Dibandingkan dengan film-film Indonesia lain yang diputar, Lukas’ Moment bukan film baru. “Film tersebut diputar dalam program retrospektif. Dari setiap negara Asia Tenggara, dipilih film yang dianggap menandai perkembangan dokumenter di negaranya. Lukas’ Moment dianggap sebagai dokumenter observasional (pada waktu itu) di Indonesia,” kata Thai.

Festival ini terdiri dari dua program kompetisi (International dan SEA Best Shorts) dan empat program non-kompetisi (ChopShots Specials, Filmmaker’s Journey, Music Docs Rock!, dan SEA Retrospective). Dari 159 film yang mendaftar dari 38 negara, terpilih 60 film dokumenter, dengan 43 film di antaranya berfokus pada Asia Tenggara dengan tujuan untuk menunjukkan bakat baru di wilayah ini.

“Festival ini diharapkan bisa menginspirasi, baik untuk dokumenter di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Bahwa ada seni dalam dokumenter, bukan sekadar dokumentasi. Juga banyak cara dalam bercerita di dokumenter, “ ujar Thai.

Selain program pemutaran, ada pula program DocNet Campus, semacam kelas yang memberikan kesempatan bagi pembuat film dokumenter untuk mendalami pembuatan film dokumenter dan berdiskusi tentang inovasi dan perkembangan dokumenter. Program ini terdiri dari master class di bidang co-production, story telling, pitching, financing, dan distribution. Proyek terbaik dari DocNet Campus akan mendapatkan travelling grant.

Bersamaan dengan program pemutaran film, beberapa diskusi seperti Filmmaker on the Spot, Documentary and Fiction–Are there boundaries?, Film Festival Today, dan Making Film in Southeast Asia. Malam pembukaan dan malam penutupan juga akan diramaikan dengan pertunjukan musik White Shoes and the Couples Company dan The Cambodian Space Project.
Ada pula pameran foto The Southeast Asia Movie Theater Project di Goethe Haus, yang dibarengi pemutaran film Sorry, The Cinema Is Closed (Ardi Wilda Irawan, 2010). Penghargaan film terbaik akan diumumkan pada Sabtu, 9 Desember 2012 di Goethe Haus. (stevie)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS