FDT Sia-sia, Perbaiki Dulu Kerusakan Danau Toba

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

MEDAN, (TubasMedia.Com) – Festival Danau Toba (FDT) yang digelar tanggal 8-14 September , mendapat kritikan beberapa elemen masyarakat. Penyelenggaraannya dianggap sebagai menghamburan uang yang sia-sia dan tak bertujuan membangkitkan pariwisata Danau Toba. Pemerintah diminta untuk lebih fokus dalam upaya perbaikan daripada menghabiskan uang puluhan miliar rupiah dalam waktu sekejap.

Aktivis Danau Toba, Marandus Sirait menilai, penyelenggaraan FDT tidak berbeda dengan event/gawean serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Sebelum adanya FDT, pemerintah sudah mengadakan Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT). Kemudian, berubah menjadi Pesta Danau Toba (PDT).

“Dari pengalaman selama ini, tidak ada bedanya antara PRDT ataupun PDT, dan sekarang ini kalaupun diganti menjadi FDT, ini hanya ganti baju saja,” katanya hari Minggu (8/9) di Medan.

Ia menilai, penyelenggaraan FDT tidaklah tepat. Pasalnya, di saat yang sama, aksi pengrusakan kawasan Danau Toba mulai dari hutan di sekitar maupun di perairan danau. Untuk melakukan perbaikan lingkungan yang sudah rusak di kawasan Danau Toba membutuhkan dana yang sangat besar. Sehingga, penyelenggaraan FDT merupakan sebuah ironi.

“Yang namanya pesta ataupun festival, berapa pun biayanya akan habis dalam sekejap. Setelah itu apa hasilnya, kita sudah tahu, tidak berbeda dengan tahun-tahun lalu, nggak ada apa-apanya,” ucap Marandus.

Aktivis peraih penghargaan penerima Danau Toba Award, Kalpataru dan Wana Lestari ini, yang sepekan lalu bersama Wilmar Eliaser Simanjorang (penerima Danau Toba Award & Wana Lestari) dan Hasoloan Manik peraih (penerima Kalpataru) memprotes perusakan kawasan Danau Toba dengan mengembalikannya ke Istana Presiden di Jakarta.

Menurut mereka, penyelenggaraan FDT hanya menguntungkan segelintir pihak. Masyarakat, seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebagai contoh, dulu sebelum adanya promosi besar-besaran, cukup banyak turis asing yang berkunjung ke Danau Toba.

Seiring dengan banyaknya promosi, justru terjadi penurunan jumlah kunjungan turis asing. “Saya ingin menegaskan, selama masih ada kerusakan di kawasan Danau Toba, pesta atau festival apa pun tidak akan ada gunanya, yang diuntungkan paling hanya panitia ataupun pejabat. Selesai pesta atau festival, masyarakat akan kembali seperti biasa,” katanya.

Tetapi, ujar Marandus, kalau lingkungan dan budaya lestari, orang akan datang. “Jadi, perbaiki dulu, baru dipestakan atau difestivalkan, entah apa lah namanya itu, jangan pula terbalik,” katanya. (red/anthon)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS