Hasil Rekap Dokumen C1, Jokowi Unggul 56,74 % dan PDIP Masih Memimpin 22,8 %

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyebut, hasil rekapitulasi dokumen C1 dari Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) PDIP di 199.141 TPS, masih menunjukkan keunggulan petahana.

Hasto mengungkap, persentase pemilih Jokowi-Ma’ruf berada di angka 56,74 persen, sedangkan dan Prabowo-Sandi 43,26 persen. Sedangkan untuk Pemilu Legislatif (Pileg), PDI Perjuangan masih memimpin dengan hasil sementara berkisar 21.3 persen sampai 22.8 persen di tingkat nasional.

“Berdasarkan rekapitulasi secara berjenjang berdasarkan dokumen C1 yang dilakukan Tim Kampanye Nasional 01, dan Badan Saksi Pemilu Nasional PDI Perjuangan, semakin memastikan kemenangan bagi Jokowi-KH Ma’ruf Amin dan PDI Perjuangan,” jelas Hasto dalam keterangan resminya, Minggu (21/4/2019).

Rekapitulasi BSPN PDI Perjuangan ini lebih cepat dari perhitungan KPU yang baru mengumpulkan 94.162 dari total 813.350 TPS, dengan keunggulan Jokowi-Ma’ruf 54,4 persen berbanding Prabowo-Sandiaga 45,6 persen, ketika berita ini ditulis.

Sebab itulah, menurut Hasto, gambaran yang tak jauh berbeda dari hasil exit poll, quick count, maupun real count, seharusnya membuat elite politik membuat suasana makin kondusif, bukan justru menjelekkan kinerja KPU.

“Klaim terhadap hasil perolehan suara boleh saja, namun harus disertai data, dan keberanian untuk menampilkan dapur pusat perhitungannya,” ungkap Hasto.

“PDI Perjuangan sudah menunjukkan di depan pers bagaimana sistem penghitungan suara, kamar hitung, dan infrastruktur sistem penghitungan sebagai bagian dari transparansi dan akuntabilitas publik. BPN dan Partai Gerindra hingga saat ini belum menunjukkan hal itu,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Hasto yakin gambaran hasil ini merupakan cermin kehendak rakyat yang didasari oleh kehendak baik dari Jokowi-Ma’ruf dan PDI Perjuangan.

“Terbukti di TPS Pak Amien Rais dan Habib Rizieq, Pak Jokowi-KH Ma’ruf Amin menang. Artinya suara rakyat mengekspresikan kebenaran dalam politik. Berbagai jurus fitnah, hoax dan bicara tidak santun, tidak diterima oleh publik,” tutupnya. (red)

 

CATEGORIES
TAGS