Impor Tekstil No Problem Asal untuk Diolah

Loading

YOGYAKARTA, (tubasmedia.com) – Impor tekstil untuk diolah menjadi pakaian jadi (garmen), itu tidak apa-apa asal itu bahan baku digunakan untuk memproduksi bahan jadi yang memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Hal itu dikatakan Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Muhdori dalam workshop Pendalaman Kebijakan Industri di Yogyakarta, kemarin.

Jadi lanjutnya, kita tidak perlu terlalu alergi jika masih ada bahan baku industri yang masih harus diimpor. Ketimbang Indonesia mengimpor pakaian jadi, tambah Muhdori lebih baik impor tekstil, kemudian diolah jadi produk jadi, lalu dijual di dalam negeri dan seterusnya diekspor.

‘’Jika demikian adanya, nilai tambahnya tinggal di dalam negeri dan sudah pasti kegiatan tersebut menyerap tenaga kerja sekaligus industri hilir kita juga akan tetap bisa menggeliat,’’ tambahnya.

Dikatakan, bahwa industri tekstil dalam negeri masih bisa berkembang meski bahan baku sebagian besar adalah impor. Di sisi lain banyak tantangan dalam penerapan industri 4.0 dimana konektivitas manusia, mesin dan data menjadi yang utama.

Dikatakannya dari impor bahan baku kain, 30 persen untuk memenuhi kebutuhan pakaian jadi dalam negeri, sedangkan ekspor 70 persen. Hal ini menunjukan industri tekstil garmen masih memiliki peluang besar.

Lebih lanjut Muhdori mengatakan, tantangan industri tekstil dalam penerapan industri 4.0 yaitu bahan baku dan komponen kunci tergantung impor. Zona industri belum komprehensif, infrastruktur digital yang belum memadai dan platform digital yang belum optimal.

Juga tantangan proses produksi dan ekspor dituntut ramah lingkungan, industri kecil dan menengah yang masih tertinggal, pendanaan domestik dan teknologi yang terbatas.

Disinggung tentang penerapan industri 4.0 dikatakan ada beberapa tantangan antara lain menyangkut pendanaan domestik dan teknologi yang terbatas ditambah skil tenaga kerja baik kualitas maupun kuantitasnya yang juga terbatas.

‘’Tantangan lain adalah terbatasnya pusat inovasi, belum ada Litbang yang kuat yang disponsori pemerintah atau swasta,’’ katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS