Indonesia Now

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

ADAKAH diantara kita yang tidak senang hidup di Indonesia yang gemah ripah? Pasti semuanya memberi jawaban senang lahir hidup dan besar di negeri yang gemah ripah ini. Terlalu namanya jika sampai ada yang menyimpan perasaan tidak senang hidup di Indonesia. Soal masih ada yang merasa gerah atau tidak betah atau tidak nyaman hidup di Indonesia, itu pasti ada. Sama saja dalam satu rumahtangga, perasaan semacam itu bersemi diantara para penghuninya.

Indonesia now sangat menarik bagi yang tertarik karena ada berbagai kepentingan yang bisa digarap. Tapi menjadi aneh dan ajaib kalau ada sejumlah penghuni Indonesia, lahir dan besar di Indonesia tapi tidak tertarik dengan negerinya sendiri. Perilakunya juga aneh. Apanya yang aneh.

Mari, coba kita telisik. Sebagian kecil diantaranya 1) Kepala rumah tangganya nggak pinter ngemong anak-anak dan cucu-cucu tersayangnya.2) Sing pinter-pinter dijarno nggolek pangan di negeri tetangga ora diopeni di negerinya sendiri.3) Maling dan tukang copetnya bejibun.

Yang aneh, maling di dalam rumahnya sendiri dibiarkan berlangsung dan ngabisin kekayaan yang bukan miliknya. Ruwet rumah tangganya. 4) Wong cilik uripe soro lan pas-pasan. Celakanya mereka terus menjadi korban penggusuran atas nama pembangunan ekonomi kanggo nyugihke sedulure lanang yang katanya punya duwit banyak dan bisa bantu nguripi saudaranya yang hidup miskin dan melarat. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Mereka eksploitatif, serakah, tamak, rakus dan pada akhirnya eksplosif.Timbul konflik sosial dsb.

5) Hobinya jual harta warisan lan harta pekasih Tuhan yang seharusnya oleh Tuhan sudah dipesankan agar harta itu diolah dan dipakai rame-rame agar kabeh wong Indonesia uripe mulyo, pinter, sedulurane apik dan bisa hidup sejahtera dan makmur.

Dijualnya mentah-mentah lagi. Apa yang ada di perut bumi dipacul, keluar minyak, gas, batubara, nikel, tembaga, bauxit dll, terus dinaikin kapal dan dijual ke luar negeri. Yang penting saya bisa kaya dan syukur masuk dalam daftar 100 orang terkaya sedunia. Orang susah, orang miskin bukan urusan gue. Siapa suruh jadi orang miskin. 6) Ini yang paling memprihatinkan. Perasaan nasonalisme dan patriotisme sebagai orang Indonesia rada terusik dan kalau ditelusuri sebab musababnya antara lain terjadi karena berbagai situasi tadi.

Mudah-mudahan tidak ada yang nasionalismenya ganda. Perasaan yang seperti ini tidak tertutup kemungkinan ada dan terjadi karena nasionalisme sebagai bangsa tidak dipupuk dan dipelihara. Di Indonesia now, ekonomi memang tumbuh dan lumayan bagus. Bisa tumbuh di sekitar 6% per tahun dan mimpinya tentu harus terus tumbuh di atas 6%, katakan 7-8%.

Kita dukung semua ikhtiar untuk mencapai target itu.Tapi tolong, buatlah kami betah dan merasa nyaman hidup di negeri sendiri dan di rumah kita sendiri. Maling-maling ditangkapin dan penjarakan serta hukum seberat-beratnya bilamana terbukti maling dan nyopet. Yang salah harus diganjar sesuai derajat kesalahannya. Sementara yang baik-baik, bermoral dan berintegritas serta pinter dan bijaksana dipupuk dan dipelihara dan beri kesempatan untuk mengurus negeri ini.

Ekonomi yang tumbuh 6% atau lebih sebenarnya kalau masih diperhitungkan lagi dengan kerugian negara yang terjadi akibat korupsi, kerusakan hutan dan lingkungan, pada umumnya boleh jadi angka pertumbuhan netonya bisa lebih kecil lagi, atau mungkin bisa hanya 5% atau bahkan bisa lebih rendah lagi.

Sekali lagi, Indonesia now memang seperti itu kondisinya. Ada suka ada kedukaan. Ada kemajuan, juga ada kemandegan dan sebagai bangsa dan negara, hal itu harus kita akui adanya. Sikap arif dan bijaksana itu adalah mau berkata jujur untuk mengatakan apa adanya yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yang sudah berhasil kita rawat dan yang belum harus diakui dan kita perbaiki. Satu dasawarsa lebih bereformasi, rupanya belum cukup membuat kita bisa hidup di rumah kita sendiri Indonesia dengan damai, sejahtera dan makmur. Tentu pasti ada yang salah dan perlu ditata ulang. Dan tidak usah takut-takut kalau ada yang mempunyai gagasan brilian untuk membuka episode baru agar dilakukan reformasi jilid 2, jilid 3 dan jilid berikutnya kalau memang diperlukan demi kebaikan bersama dan konsepnya jelas. Tujuannya bukan sekedar untuk menang-menangan.

Saatnya memang rumah tangga kita harus dibenahi, diberesin agar bangunannya tetap kokoh dan kuat. 67 tahun sudah umurnya bangsa ini. Berbenah dan beres-beres tidak usah menunggu umur 77 tahun atau 87 tahun atau genap seabad (100 tahun) nanti keburu roboh. Kan sudah ada yang memberi warning, katanya Indonesia sudah hampir menjadi “negara gagal”.

Malu donk, miris donk. The next Indonesia harus menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan sebagai bangsa dan negara. Pengelolaan Indonesia sebagai nation state harus kuat tata kelolanya karena proses lahirnya Indonesia yang de jure dan de facto terjadi 17 Agustus 1945 telah didahului adanya kelahiran organisasi yang bersifat kedaerahan seperti Jong Java tahun 1918, Jong Sumatra tahun 1917, Jong Ambon 1918 dll.

Nation state yang mampu menyatukan seluruh sumber daya dari seluruh komponen bangsa secara geo politik dan ekonomi serta kemampuan menyatukan sumber kekuatan bangsa yang berdimensi multi budaya dan multi etnis dan ras dalam satu kesatuan politik untuk membangun kesadaran nasional guna memajukan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang berperadaban tinggi di masa depan.

Kuat secara ekonomi, kuat secara budaya, kuat secara sosial dan politik dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang cinta damai. Tahun 2014 kita akan memiliki nakhoda baru semoga dia mampu membawa kapal mewah Indonesia menyeberangi lautan luas dan membawa negeri ini dapat berlabuh dengan selamat tanpa cela sedikitpun meskipun ombak dan badai menerjang.

2014-2020 harus banyak perubahan mendasar yang terjadi dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia. 2019-2025 harus menjadi lebih maju lagi. Semoga negeri ini dinakhodai sosok yang tepat dan amanah. Di Senayan sebagai partner kerja sang nakhoda juga harus makin berkualitas. Kita kan sudah tahu sepak terjangnya mereka saat ini ada yang baik dan ada yang tidak baik. Yang baik kita pilih lagi dan yang tidak baik ya jangan dipilih lagi. Kepada merekalah kita bisa titipkan negeri ini agar kebijakan dan progam kerja menjadi lebih bisa menjawab kebutuhan rakyatnya dan secara nyata bisa dinikmati hasilnya bersama sama secara halalan toyiban. ***

CATEGORIES
TAGS