Industri Hulu Indonesia, Lemah

Loading

IMG_6222.jpg2

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Lemahnya posisi tawar sebagian besar produk olahan Indonesia di pasar lokal, khususnya di pasar internasional, disebabkan lemahnya posisi industri hulu.

Hal itu dikatakan Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Ir Achmad Sigit Dwiwahjono MPP kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin.

Industri hilir, katanya tidak mungkin bisa kuat jika industri hulunya lemah. ‘’Pasalnya, industri hilir, entah itu produk apa-pun, selalu harus bergantung pada kuat lemahnya industri hulu,’’ katanya menambahkan, industry hulu harus segera dibenahi.

‘’Tidak boleh tidak, jika kita ingin industri kita kuat dan berdaya saing tinggi, industri hulunya harus dibenahi dulu. Kalau hulunya sudah kuat, otomatis hilirnya pasti kuat dan bahan baku untuk industry hilir tak perlu lagi diimpor,’’ lanjut Sigit.

Menjawab pertanyaan dikatakan, salah satu penyebab lemahnya industri hulu di dalam negeri adalah mahalnya harga jual gas yang menjadi bahan baku utama industri hulu.

Harga gas Indonesia menurut Sigit memang tergolong lebih mahal bila dibanding dengan negara-negara tetangga. Disebut misalnya, harga gas di Nigeria US$ 3 per MMBTU (million metric british thermal unit) dan Malaysia hanya sekitar US$4 sementara di Indonesia antara US$7-9 per MMBTU.

Perbedaan harga ini jelas membuat seluruh produk industri hulu menjadi tidak ekonomis dan membuat produk hilirnya tidak punya daya saing lagi di pasar. Padahal katanya, jika pemerintah mau, Indonesia bisa menjual gas kepada sektor industri unggulan sampai US$ 2/MMBTU.

Ditambahkan bahwa untuk memperkuat posisi industri hulu dibutuhkan investasi baru yang nilainya cukup besar.

‘’Sudah banyak investor yang mau berinvestasi di Indonesia, namun belum bisa terealisasi karena tidak didukung dengan harga gas yang murah,’’ tambahnya.

Kata Sigit, pihaknya sudah mengadakan pemb icaraan dengan pihak Pertamina agar harga gas diturunkan sampai US$2/MMBTU dan Pertamina menurutnya siap mendukung program pemerintah membangun industr hulu.

Sementara itu, mengutip peraturan yang diundangkan di Jakarta 22 Juni 2016, Menteri ESDM dapat menetapkan harga gas bila tidak dapat memenuhi keekonomian industri pengguna gas bumi. Harga lebih tinggi dari penurunan harga maksimal yang bisa diberikan adalah US$2 per MMBTU.

Sudah ditetapkan tujuh industri prioritas yag bisa menikmati gas murah yakni pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet.(sabar)

 

 

CATEGORIES
TAGS