Jakarta Kian Memanas

Loading

93calon-gubernur-kepri.jpg2

Oleh: Fauzi Aziz

 

JAKARTA panas karena sebagian besar wilayahnya sudah berubah menjadi “hutan beton”. Daerah tropis yang panas telah menjadi semakin panas karena wilayahnya sebagian telah berubah menjadi hutan beton. Ekosistemnya sudah sangat tidak seimbang, sehingga banjir, macet, kekurangan air bersih dan cadangan air tanah mengering disaat kemarau.

Jakarta sebagai kota metropolitan memerlukan manajemen perkotaan yang baik, sehingga memang diperlukan pemimpin yang kredibel sebagai DKI-1.

Jakarta memerlukan pemimpin yang bijaksana dan berkemampuan menciptakan keseimbangan. Sumber daya Pemprov DKI yang berupa man, money, methode, material dan machine didayagunakan untuk membangun keseimbangan wilayah Jakarta yang ekosistemnya sudah terganggu dan jika tidak diurus dengan baik, lambat laun pasti akan tenggelam.

Menjadi Gubernur DKI adalah menyelematkan wilayahnya menjadi daerah yang semakin eco friendly. Ekosistemnya benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat yang lestari secara politik, ekonomi, sosial budaya dan nilai-nilai kemanusiaan, keadaban dan keadilan.

Jakarta memerlukan pemimpin seperti Lee Kuan Yew di Singapura. Almarhum Lee mengatakan bahwa saya selalu yakin, lanskap kota yang karut marut dan hutan beton akan merusak jiwa manusia. Kita perlu penghijauan alam untuk menyegarkan jiwa kita.

Di Singapura, yang paling menyenangkan adalah jalan-jalan santai di sepanjang Orchad Road yang rapi dan rindang dengan udara yang bersih dan segar, apalagi sehabis hujan. Jakarta memerlukan sosok gubernur yang mampu menjaga lingkungan sosial budaya masyarakat penghuni wilayah DKI.

Barometer keberhasilan Jakarta yang kompleks adalah bila sang pemimpinnya mampu menciptakan lingkungan yang asri dan lestari. Pertumbuhan wilayah DKI tidak lagi memerlukan sumbangan besar dari investasi yang bersifat tangible/fisik, tetapi harus lebih banyak disumbang oleh pertumbuhan nilai aset yang bersifat intangble, yaitu keadaban, keadilan dan bersahabat dengan lingkungan sehingga kalau dibuat perbandingan kira-kira investasi tangible-nya sekitar 30% dan investasi intangible-nya 70%.

Kalau tidak demikian, ancamannya tenggelam. Sebagai warga DKI harapannya seperti itu. Silakan pilih gubernur yang bisa mengambil kebijakan yang bijaksana. Jakarta tidak memerlukan buldozer, tapi  memerlukan figure yang bisa menciptakan lingkungan sosial dan yang asri lestari sehingga tercipta titik keseimbangan baru yang melegakan semua pihak.

Urusan Jakarta bukan bagaimana membangun properti jor-joran untuk sekedar mengatakan Jakarta Metropolitan lanskap-nya yang utama adalah membangun hutan beton. Jika ini yang terjadi, berarti sama saja menciptakan wilayahnya menjadi sumber masalah sosial akibat rusaknya jiwa manusia yang hidup ditengah lebatnya hutan beton.

Tempatkan Jakarta bukan menjadi barometer politik nasional. Tetapi jadikan DKI sebagai barometer dan rolemodel sebagai wilayah yang sukses diciptakan sebagai metropolitan yang asri lestari akibat berhasil dikelola secara baik dan bijaksana oleh gubernurnya.

Mengkapitalisasi aset tangible adalah penting, namun yang tak kalah penting melakukan kapitalisasi aset intangible sehingga masyarakat menjadi warga yang makin bisa memahami bagaimana hidup di kota metropolitan.

Jakarta bukan menjadi sarang penyamun dan menjadi wilayah operasi senyap para invisible hand yang hanya bernafsu mau mengubah wilayah DKI sebagai hutan beton dan pulau beton di tengah laut. Konsep metropolitan berdimensi luas, baik dilihat lanskap-nya yang bersifat tangible maupun yang sifatnya intangible. Ini yang tidak boleh diabaikan.

Pembangunan Jakarta harus bersifat inklusif, bukan eksklusif yang hanya dinikmati para kapitalis borjuis saja. Pembangunan bukan sekedar modernisasi karena bisa saja terjadi tanpa adanya pembangunan. Modernisasi yang salah kaprah hanya akan melejitkan para elite dan meninggalkan rakyat kecil serta berakibat pada melebarnya ketimpangan. Karena itu, pembangunan mempunyai dimensi sangat luas, bukan sekedar mengejar pertumbuhan atau modernisasi.

DKI harus melakukan pembelajaran. Bentuk masyarakat Jakarta menjadi warga metropolitan yang asri lestari dan bijaksana agar mampu memelihara lingkungannya secara mandiri. Siapapun memimpin DKI harus bisa menjaga lingkungannya dengan baik dan seimbang. Si kaya dan si miskin memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk meciptakan dan memelihara lingkungan sosial dan lingkungan hidup secara selaras dan seimbang.(penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS