Kabinet Sudah Dirombak, Bagaimana dengan Persoalan Ekonomi Domestik

Loading

pasar3_888888

Oleh: Fauzi Aziz

 

KOMPOSISI Tim Ekonomi Pasca Perubahan Kabinet yang diumumkan presiden pukul 11.00 WIB, Rabu 27 Juli 2016 di Istana Negara memberikan harapan baru bagi perbaikan kinerja ekonomi ke depan.

Hadirnya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan satu hal yang bisa memberikan pengaruh positif bagi pasar yang kini trendnya sedang membaik sejak kebijakan tax amnesty.

Penguatan dan disiplin kebijakan fiskal diharapkan dapat menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih baik, apalagi jika koordinasi kebijakan moneter dan fiskalnya dapat berjalan efektif.

Penempatan Bambang Soemantri Brojonegoro sebagai Menteri Perencanaan nasional/Kepala Bappenas diharapkan pelaksanaan kebijakan money follow progam dapat efektif dalam rangka mewujudkan konsep belanja yang berkualitas. Kegiatan-kegiatan yang bersifat business as usual sebaiknya dapat langsung dicoret dari pagu anggaran untuk mencegah pemborosan.

Disiplin fiskal harus ditegakkan agar peran dari kebijakan fiskal sebagai stimulus ekonomi benar-benar efektif dan tepat sasaran. Koordinasi otoritas fiskal dan parlemen harus berjalan selaras untuk menjamin keberlanjutan fiskal dalam jangka panjang dan pengelolaan resiko fiskal yang baik.

Catatan lain adalah perlu ada penegasan dari presiden tentang kebijakan pengelolaan BUMN ke depan agar tidak menyulitkan koordinasi dalam pelaksanaan APBN untuk mendukung kegiatan investasi pemerintah yang dipandang perlu harus dilakukan oleh BUMN sebagai engine of growth.

Catatan ini disampaikan karena selama ini lebih banyak ditangani case by case. Munculnya Airlangga Hartarto sebagai Menteri Perindustrian yang diperkuat oleh Franky Sibarani selaku Wakil Menperin dan diangkatnya Thomas Limbong selaku Kepala BKPM dan Enggartiasto Lukito sebagai Menteri Perdagangan memberikan penegasan bahwa akselerasi industrialisasi dan hilirisasi yang diwarnai dengan peningkatan kegiataan investasi dan peningkatan produksi dalam 3 tahun ke depan akan bisa direalisasikan.

Koordinasi kebijakan investasi, dengan kebijakan industri dan perdagangan menjadi penting dalam rangka meningkatkan investasi di sektor industri, peningkatan ekspor non migas dan pengendalian impor serta pengamanan pasar dalam negeri yang efektif.

Indonesia tidak perlu menjadi good boy dalam menjalankan kebijakan perdagangan internasional saat kondisi perekonomian global masih malas tumbuh. Sosok yang terpilih mestinya tidak ada hambatan sama sekali dalam melaksanakan koordinasi.

Menteri ESDM juga harus memiliki fokus kebijakan untuk bersama Menteri Perindutrian mengatasi masalah penyediaan gas di dalam negeri untuk keperluan industri yang selama ini selalu menjadi masalah bersifat laten, utamanya terkait pasokan dan harga gas untuk keperluan di dalam negeri.

Begitu pula dalam rangka pengembangan industri kimia dasar berbasis migas dan batubara, logam dasar dan bahan galian non logam.Dengan Menteri Pertanian dan Menteri Kelautan, Menteri Perindustrian harus jemput bola, take lead untuk membangun industri hulu agro, industri pengolahan hasil laut dan sebagainya.

Akhirnya dengan tetap dipercayanya Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian dan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menko Maritim, maka keselarasan kebijakan ekonomi makro dan mikro diharapkan dapat terkelola dengan baik.

Titik keseimbangan tersebut sangat diperlukan dan dua tokoh ini cukup proper menjadi koordinator kebijakan yang efektif, baik karena senioritas maupun karena pengalamannya. Di tingkat politik dan keamanan diharapkan tidak ada lagi kegaduhan di level politik praktis karena masalah-masalah sepele.

Penegakan hukum harus berjalan lebih baik setelah Tito Karnivan menjabat selaku Kapolri. Dan tak kalah penting adalah jika pemerintah dapat menelorkan kebijakan politik ekonomi internasional yang memungkinkan negeri ini mempunyai posisi tawar yang baik dalam kegiatan ekonomi internasional.

Semoga ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Berikan mereka kesempatan bekerja dan fokus membenahi persoalan ekonomi domestik yang hingga kini belum sepenuhnya dapat diselesaikan khususnya masalah lemahnya daya saing dan masalah kesenjangan.(penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS