Kaesang: Siapa yang Ngajari Anak-anak Teriak Bunuh Ahok!!!!

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) –  Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, melayangkan kritik sosial via video blog (vlog) yang dia unggah di situs YouTube. Dia mengkritik praktik nepotisme dan intoleransi dalam satu tayangan.

Video itu berjudul #BapakMintaProyek, diunggah akun ‘Kaesang’ pada Sabtu (27/5/2017) kemarin. Saat diakses detikcom pada Minggu (28/5/2017), video ini sudah disukai 11 ribu akun dan tak disukai 305 akun.

Video itu diawali dengan adegan seorang Kaesang yang merayu bapaknya untuk memberi proyek. Tapi bapak dari Kaesang bukan langsung diperankan Jokowi, melainkan Kaesang sendiri dengan sudut pengambilan gambar yang terbatas.

“Halo Bapak, Bapak! Mbok Kaesang minta proyek triliunan yang ada di pemerintah,” kata Kaesang.

Kemudian si bapak menolak mengabulkan permintaan anaknya. Justru si bapak menasihati agar Kaesang kerja keras mengurusi Markobar, perusahaan martabak.

Opo toh, le? Mau sukses sama kaya, ya kerja keras toh. Mosok pengin penake thok? Sana ngurusin Markobar sana (Apa sih nak? kalau mau sukses dan kaya, ya kerja keras lah. Masa mau enaknya saja? Sana urus Markobar sana),” tanggap si bapak.

Namun Kaesang buru-buru meluruskan ke ayahnya bahwa Markobar bukanlah usaha kepunyaannya. Sebagaimana diketahui, Markobar adalah usaha martabak milik kakak Kaesang yakni Gibran Rakabuming Raka.

“Oh bukan to?” tanya si bapak memastikan.

Video ini memang sekilas bergaya komikal. Si bapak kemudian menyampaikan pesan penting dengan gaya serius. Namun ternyata isi pesannya adalah, “Bapak minta pulsa ya. Pulsa bapak habis.”

Opo to Pak, Pak? Nggak cetho (Apaan sih, Pak? Nggak jelas),” tanggap Kaesang mendengar pesan bapaknya.

Di bagian selanjutnya, Kaesang kemudian memberikan penuturan kritik sosialnya. Dia tidak memerankan dialog pada sesi ini. Mengenakan topi hitam bertuliskan ‘Kolektor Kecebong’, dia berbicara sikap menggampangkan semacam seorang anak yang ada dalam adegan sebelumnya. Tak boleh seorang anak yang sekolah tinggi-tinggi hanya minta proyek pemerintahan kepada bapaknya. Dalam bahasa umum, perilaku seperti ini disebut nepotisme, meski Kaesang tak menyebut istilah ini.

“Malu dong sama embel-embel gelar dari kuliah yang kalian dapat. Apalagi kuliahnya di luar negeri. Balik ke Indonesia bukannya membangun lebih baik malah ngehancurin. Dasar ndeso!” kata Kaesang.

“Dasar ndeso!” adalah makiannya untuk orang-orang yang dia kritik. Makian itu kemudian disensor.

“Katanya mau berbakti buat nusa dan bangsa, tapi yang ada apa? Malah ngehancurin semuanya. Bukan begini caranya untuk membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Kaesang.

Kemudian dia berganti topik soal intoleransi, dia mempersilakan penonton untuk melihat tayangan pawai anak-anak yang meneriakkan pembunuhan terhadap seseorang.

“Bunuh, bunuh, bunuh si Ahok. Bunuh si Ahok sekarang juga!” begitu kata anak-anak yang pawai di video itu.

Kaesang memberi penjelasan bahwa dirinya bukan bermaksud membela Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun dirinya tak habis pikir bagaimana bisa anak seusia mereka bersikap dan berucap demikian. Dia juga mempertannyakan siapa yang mengajari mereka bertindak demikian.

“Sangat disayangkan kenapa anak kecil seperti mereka itu sudah belajar untuk menyebarkan kebencian. Apaan coba itu? Dasar ndeso! Ini ajaranya siapa coba? Dasar ndeso. Ndak jelas banget,” kata Kaesang.

Dia protes terhadap orang-orang yang mengajari anak-anak untuk mengintimidasi dan meneror orang lain. Soalnya, anak-anak adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Seharusnya anak-anak tak perlu diajari perilaku intimidatif dan teror.

“Untuk membangun Indonesia yang lebih baik, kita itu harus kerja sama, ya, kerja sama (sambil memegang jempol tangan kirinya dengan tangan kanan), bukan malah saling menjelek-jelekkan, mengadu domba, mengkafir-kafirkan orang lain. Bukan malah tadi ada kemarin tuh, yang nggak mau mensalatkan padahal sesama muslim karena cuma perbedaan dalam memilih pemimpin. Apaan coba? Dasar ndeso!” kata Kaesang.

Dia mengingatkan kembali, “Kita itu Indonesia, kita itu hidup dalam perbedaan.”

Dia menutup tayangan ini dengan “salam kecebong” sambil hormat, tersenyum dengan jempol tangan kanan diacungkan. (red)

CATEGORIES
TAGS