‘’Kami Bukan Bandar Narkoba, Koq Dimusuhi…..”

Loading

TANJUNGBALAI, (tubasmedia.com) – “Apa salah kami. Dagangan kami bukan barang haram, malah membantu masyarakat. Kami bukan terorir, kami bukan korupsi dan kami bukan bandar narkoba. Tapi kenapa kami dimusuhi….”

Kalimat ini secara otomatis mengalir dari mulut seorang dari seribuan lebih pedagang pakaian bekas yang menempati salah satu los di pusat penjualan pakaian bekas impor di Tanjungbalai. Tanjungbalai adalah salah satu kota pelabuhan yang dikenal sebagai pintu masuk pakaian bekas impor itu ke wilayah hukum Indonesia.

Tidak jarang pula aparat pemerintah melakukan razia karena para pedagang ini dituduh memasukkan barang-barang impor tersebut secara illegal ke Indonesia. (baca; Kejari Tanjungbalai, musnahkan 2.000 karung pakain bekas).

Ke Tanjungbalai inilah para pedagang eceran pakaian bekas impor belanja dan di kota inilah tinggal para agen pakaian bekas impor dengan menjual secara grosir, Satu ball dihargai antara Rp 3 juta sampai Rp 4 juta.

‘’Pasar ini namanya pasar TPO atau pasar Tempat Penjualan Osongan,’’ kata Camel Manik yang dihubungi tubasmedia.com di pasarTPO, Tanjungbalai, kemarin.

Camel yang dikenal dengan panggilan Manik selanjutnya membantah kalau pihaknya dituduh telah mengganggu pasar pakaian buatan lokal di dalam negeri sendiri.

Dia bertanya, dari segi mananya mereka disebut mengganggu. ‘’Malah sebaliknya. Kehadiran kami sangat membantu masyarakat ekonomi lemah sebab dengan lembaran sepuruh ribuan saja, masyarakat sudah dapat membeli pakaian dengan mutu internasional,’’ jelasnya.

Masalah pakaian dalam negeri kalah bersaing dengan pakaian bekas impor, Manik mengatakan kalau soal itu bukan urusan mereka, ini namanya bersaing.

‘’Kalau pelaku industri pakaian lokal merasa bersaing, ya, tingkatkanlah mutu dan harganya dibuat dengan harga bersaing. Ini namanya bersaing sehat,’’ katanya.

Manik adalah contoh dari seribuan lebih pedagang pakaian bekas di pasar TPO. Tidak jauh beda komentar para pedagang yang ditemui tubasmedia.com.

Mereka mengaku kalau kelompok pedagang di pasar TPO bukan pedagang liar, malah membayar segala kewajiban kepada pemerintah setempat.

Sebagaimana diketahui, pedagang pakaian bekas impor tersebut sudah menyebar di banyak kota propinsi, hingga kabupaten dan kecamatan. Penggemar pakain bekas sudah menjamur, bukan saja hanya sebatas masyarakat lapisan bawah, namun juga kelas jet-set.

‘’Ya, benar. Ke sini banyak koq orang-orang terkenal seperti kalangan artis, selebriti, pengusaha terkenal dan tokoh-tokoh masyarakat belanja pakaian-pakaian bermerk. Apakah itu celana, jam tangan, jaket, kemeja dan kaos,’’ jelasnya.

Bahkan pengagum kaos kaki dan sapu tangan bermerek juga, tidak sedikit jumlahnya yang belanja ke pusat-pusat perdagangan pakaian bekas impor. (sabar)

 

 

 

.

 

 

 

CATEGORIES
TAGS