Kata Menperin, Kebutuhan Garam untuk Industri Lokal Dipenuhi Produk Garam Dalam Negeri

Loading

BERBINCANG - Menteri Perindustrian Saleh Husin berbincang dengan Presiden Direktur/CEO Maspion Group Alim Markus sambil mengamati produk alumunium foil saat mengunjungi pabrik alumunium PT Alumindo Light Metal Industry Tbk/ ALMI (Maspion group) di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/4/2016). Alumunium foil digunakan oleh beragam industri lainnya seperti makanan, minuman, olahan tembakau, kemasan, farmasi dan lain-lain. Menperin mendukung industri elektronika, peralatan rumah tangga dan metal karena turut memperkuat ekonomi Indonesia, menyerap tenaga kerja dan meningkatkan tingkat kandungan komponen dalam negeri. (ist/tubasmedia.com)

BERBINCANG – Menteri Perindustrian Saleh Husin berbincang dengan Presiden Direktur/CEO Maspion Group Alim Markus sambil mengamati produk alumunium foil saat mengunjungi pabrik alumunium PT Alumindo Light Metal Industry Tbk/ ALMI (Maspion group) di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/4/2016). Alumunium foil digunakan oleh beragam industri lainnya seperti makanan, minuman, olahan tembakau, kemasan, farmasi dan lain-lain. Menperin mendukung industri elektronika, peralatan rumah tangga dan metal karena turut memperkuat ekonomi Indonesia, menyerap tenaga kerja dan meningkatkan tingkat kandungan komponen dalam negeri. (ist/tubasmedia.com)

GRESIK, (tubasmedia.com) –  Kebutuhan garam untuk industri pangan baik makanan dan minuman terus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Garam merupakan unsur penting bagi industri olahan pangan yang memberi banyak manfaat bagi penyerapan tenaga kerja, menciptakan nilai tambah dan nilai ekspor tinggi.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menegaskan hal itu saat mengunjungi pabrik garam industri milik PT UNIChemCandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/4/2016). Kunjungan ini dilakukan sebelum Menperin hadir pada Festival Aquaculture 2016 di Surabaya.

Menurutnya, produksi garam ini sejalan dengan program pemenuhan kebutuhan bahan baku industri nasional. “Tentu saja, Kemenperin mendukung industri pengolahan garam karena kemampuan produksi sendiri ini juga demi mengamankan salah satu industri pemakai garam yaitu industri makanan minuman. Jika bisa memproduksi garam sendiri, ketergantungan berkurang dan kontinuitas produksi lebih terjamin,” katanya sembari menyebut produksi garam juga berkontribusi pada penyerapan garam lokal.

Industri pengolahan makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang membutuhkan garam selain industri kertas, kaca, kimia, farmasi hingga pengeboran minyak.

UNIChemCandi Indonesia telah melakukan investasi pengolahan garam dengan proses washing dan proses refinery, serta merupakan satu-satunya industri pengolah garam yang menggunakan teknologi Pure Vacum Dry (PVD) dengan kapasitas terpasang 250.000 ton per tahun. Pabrik yang ditargetkan mulai berproduksi pada Juli mendatang ini dapat ditingkatkan kapasitas produksinya hingga 450 ribu ton per tahun.

“Investasi kami lebih dari Rp 600 miliar dan rencana commissioning pada Juli,” kata Presiden Direkur PT UNIChemCandi Indonesia Unn Haris. Proses produksi meliputi refinery dan washing dengan teknologi terkini. Produksi Unichem terdiri dari refine salt 70 ribu ton per tahun dan washing salt 180 ribu ton per ton.

Keberadaan pabrik ini, lanjutnya, turut menyerap garam lokal karena bahan baku refine salt merupakan 100 persen garam lokal bahkan berkualitas terendah. Sedangkan washing salt menggunakan campuran garam lokal dan garam impor. “Secara bertahap, bahan baku impor akan disubstitusi dengan bahan baku lokal,” ujar Vice President Unichem Ryan Harris.

Pihaknya juga menghitung, potensi penyerapan bahan baku garam lokal mencapai 200-250 ribu ton. “Angka itu hanya untuk pabrik kami. Bisa dibayangkan jika industri pengolahan garam di Indonesia berkembang pesat, maka garam produksi para petani lebih optimal terserap. Maka kami mengapresiasi dukungan yang tadi disampaikan Menperin karena hal ini turut memperkuat industri nasional,” imbuh Ryan.

Kunjungi Maspion

Menperin juga mengunjungi industri elektronika milik PT Maspion Electronic di Buduran Sidoarjo. Berdiri sejak 1990, perusahaan ini menghasilkan peralatan rumah tangga seperti kipas angin, setrika, dan rice cooker. Sementara, melalui merek Uchida, perseroan memproduksi pompa air, pendingin ruangan dan lemari pendingin.

“Maspion Group memperkerjakan lebih dari 30 ribu karyawan sedangkan divisi yang menghasilkan barang elektronika menyerap tenaga kerja sekitar 5000 orang,” kata Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus. Hingga kini, pasar domestik masih dominan menopang kinerja penjualan produk elektronik perusahaan ini yaitu 95 persen, sisanya dikapalkan ke pasar ekspor.

Perseroan mengakui, salah satu faktor yang memperkuat daya saing Maspion karena komponen utama bisa dibuat sendiri oleh perusahaan. Antara lain motor fan, motor pompa, AC, blender dan motor mixer selain komponen metal forming dan komponen plastic injection.

“Kami juga memiliki industri alumunium termasuk menghasilkan alumunium foil melalui anak usaha PT Alumindo Light Metal Industry Tbk yang produknya dipakai untuk industri lainnya seperti makanan, olahan tembakau, farmasi dan lain-lain,” kata Alim. (sabar)

 

CATEGORIES
TAGS